Sabtu 16 Feb 2019 10:40 WIB

Kiai Ma'ruf Tanggapi Pemberitaan Indopos

Kiai Ma'ruf menyatakan, mengganti presiden atau wapres tak mudah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin saat akan  beranglat ke Purwakarta dan Cimahi dari kedimannya di Jalan Sitobondo,  Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2).
Foto: Republika/Muhyiddin
Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin saat akan beranglat ke Purwakarta dan Cimahi dari kedimannya di Jalan Sitobondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin mengaku sangat menghormati pers sebagai salah satu pilar bangsa. Namun, dia menyayangkan laporan surat kabar Indopos, yang belum lama ini memberitakan bahwa dirinya akan diganti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seandainya terpilih bersama Jokowi di Pilpres 2019.

"Kita meyayangkan bahwa pers, saya ini kan sangat menghormati pers, bergaul dengan pers, harusnya pers itu kan tidak membuat berita-berita yang aneh-aneh," ujar Kiai Ma'ruf saat ditemui di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Sabtu (16/2)

Baca Juga

Menurut Kiai Ma'ruf, laporan pers yang aneh-aneh itu rentan digunakan pihak tertentu sebagai suatu isu kampanye hitam, kebohongan. Dengan kata lain, pers bisa dijadikan alat kepentingan bagi kelompok tertentu.

"Karena itu saya mengimbau pers supaya memberitakan sesuatu yang faktual, logis, rasional. Jangan orang 'ngelamun' diberitakan. Itu ya barangkali," kata Kiai Ma'ruf.

Menurut Kiai Ma'ruf, pemberitaan Indopos tersebut  telah melanggar peran sebagai penjernih informasi, terutama di tengah maraknya berita bohong, hoaks, atau fitnah. Kiai Ma'ruf juga menyebut bahwa orang yang memprediksi dirinya akan diganti Ahok mungkin sedang melamun.

"Itu mungkin orang ngalamun itu ya. Orang mengandai. Proses tidak semudah itu. Ada mekanismenya," ucap Ketua Umum MUI ini.

Kiai Ma'ruf menjelaskan, mengganti seorang presiden atau wakil presiden itu tidak semudah membalik telapak tangan karena ada mekanismenya yang diatur di dalam konstitusi. "Kalau itu orang-orang berandai-andai diberitakan, waduh itu banyak sekali pengandaiannya itu ya. Yang aneh-aneh itu bisa. Nah pers sebaiknya tidak berandai-andai," kata Kiai Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement