REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon menyebut bahwa ulama memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu Fadli menyebut Prabowo-Sandiaga senantiasa menempatkan tokoh ulama sebagai penasehat.
"Tentu saja para ulama akan jadi penasehat-penasehat penting, yang sebenarnya tidak perlu sudah jadi (presiden)," kata Fadli dalam diskusi bertajuk 'Jokowi blunder dan panik?' di Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo-Sandiaga., Jakarta, Selasa (11/2).
Menurutnya kedekatan Prabowo dengan dengan ulama telah terjalin sejak lama. Fadli menuturkan Prabowo pernah secara khusus mengundang tokoh ulama pada saat krisis 1998 melanda Indonesia. Dari 200-300 ulama yang diundang, sebanyak lima ribu tokoh agama hadir di Markas Besar Kopassus di Cijantung pada 23 Januari 1998 silam.
"Beliau sudah lama dekat dengan ulama, bukan baru kemarin sore. Bahkan dari awal, dari tahun 1990, jadi bukan untuk pilpres," ungkapnya.
Wakil Ketua DPR tersebut juga menganggap Prabowo adalah orang yang menghargai ulama. Fadli menjamin, jika Prabowo-Sandiaga terpilih nantinya kriminalisasi terhadap ulama tidak akan terjadi.
"Saya kira tidak ada lagi kriminalisasi terhadap ulama para habib, para kyai, dan saya kira akan mendapatkan tempat terhormat sebagai tokoh-tokoh bangsa," ujar wakil ketua Partai Gerindra itu.
Sebelumnya pernyataan tersebut muncul setelah Ustaz Fahmi Salim meminta ulama tidak hanya dijadikan sebagai tukang doa. Dirinya bahkan akan menyampaikan kepada Prabowo bahwa ulama tidak hanya melulu identik dengan doa.
"Terlalu rendah kalau hanya tukang doa. Lebih parah lagi tukang 'pemadam kebakaran'. Jangan begitu jadi pemimpin," tuturnya dalam diskusi yang juga dihadiri Fadli Zon tersebut.