REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah(Sulteng), Matindas J Rumambi mengatakan semua lokasi likuefaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi akan dijadikan tempat wisata oleh pemerintah. Sebab, di sana tidak boleh lagi ada bangunan yang dibangun.
Matindas mengatakan, beberapa lokasi permukiman di Palu dan Kabupaten Sigi ditetapkan pemerintah sebagai lokasi yang tidak boleh lagi menjadi permukiman penduduk. Pemerintah merencanakan lokasi-lokasi eks likuefaksi seperti di Balaroa, Petobo dan Jono Oge yang sebelum terjadinya gempabumi 7,4 SR pada 28 September 2018 padat penduduk, kini akan dijadikan lokasi wisata.
"Yang pasti tidak ada lagi bangunan rumah atau usaha apapun itu dibangun di lokasi likuefkasi," ucap dia.
Karena itu, Matindas meminta masyarakat untuk tidak berharap, apalagi memaksakan diri untuk kembali membangun rumah di atas lokasi eks likuefaksi tersebut. Pemerintah telah menyiapkan hunian sementara (Huntara) sambil menunggu pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi warga yang kehilangan rumah di sejumlah wilayah seperti Petobo dan Balaroa yang lokasinya sudah ditetapkan di Duyu dan Kelurahan Tondo.
Dua lokasi itu, kata dia, akan dibangun permukiman tetap bagi korban likuefaksi untuk wilayah Kota Palu. Seperti juga dengan korban gempa bumi dan likuefaksi di Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru dan Sibalaya, Kecamatan Tanambulava. Lokasi Huntap sudah disediakan pemerintah.
Matindas juga mengatakan pemulihan ekonomi empat bulan pasca bencana di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong berjalan cukup cepat. Hal itu bisa dilihat dari mulai ramainya pusat-pusat perekonomian seperti pasar-pasar tradisional maupun modern, toko, swalayan, SPBU, terminal angkutan darat, bandara cukup ramai.
Begitu pula arus kendaraan bermotor yang lalu-lalang saban hari cukup padat. Bahkan saat pagi hari waktu kerja dan masuk sekolah di beberapa ruas jalan di Kota Palu terlihat macet.
"Ini menunjukan bahwa perekonomian masyarakat mulai pulih setelah sebelumnya porak-poranda diterjang gempabumi dan tsunami," kata dia.