Jumat 08 Feb 2019 20:54 WIB

Haedar Sarankan Medsos Diisi Puisi dengan Pesan Perdamaian

Generasi muda lebih baik belajar memproduksi puisi kontemplatif.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andri Saubani
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menjadi pembicara dalam Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir di Dome UMM, Kota Malang, Kamis (7/2).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menjadi pembicara dalam Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir di Dome UMM, Kota Malang, Kamis (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Puisi "Doa yang Ditukar" karya Fadli Zon beberapa waktu lalu menuai berbagai respons di masyarakat. Salah satu di antaranya hadir dari Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Menanggapi kejadian tersebut, Haedar justru menyarankan, jenis aksi yang lebih tepat untuk anak bangsa terutama pengguna media sosial (medsos). Generasi muda lebih baik belajar memproduksi puisi kontemplatif yang berisi pesan kedamaian.

"Gembira dan puisi yang memacu kebersamaan," jelas Haedar saat ditemui wartawan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (6/2).

Sebagai informasi, puisi karya Fadli Zon dinilai menyinggung perihal doa yang sakral. Puisi tersebut dinilai telah mengkritisi insiden salah ucap doa yang dipanjatkan Kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Dengan adanya fenomena ini, Haedar mengimbau, para elite politik untuk menahan diri dalam mengeluarkan pendapatnya. Mereka lebih baik melontarkan pernyataan yang menyejukkan dan merangkul banyak pihak.

Puisi yang berjudul "Doa yang Ditukar"  menyulut protes lantaran dinilai menyindir Kiai Maimoen Zubair yang sempat salah ucap saat memanjatkan doa di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, pada Jumat (1/2) lalu. Mbah Moen salah mengucap nama Jokowi menjadi Prabowo saat berdoa di sela kunjungan Jokowi ke Ponpes Al-Anwar yang rekaman videonya viral di media sosial. Doa itu kemudian diralat.

Putri Presiden keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, ikut buka suara terkait puisi berjudul "Doa yang Tertukar" oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Menurut Yenny, Fadli telah suul adab atau melakukan tindakan tidak beretika bila benar sosok yang dibahas Fadli adalah tokoh kharismatik dan senior Nahdlatul Ulama (NU), KH Maimun Zubair alias Mbah Moen.

"Kok orang sepuh dihina seperti itu di kau-kau kan dibilang makelar doa, pokoknya menurut saya tidak beretika kalau yang dituju itu Mbah Moen," jelas Yenny usai mendampingi perwakilan petani tebu menghadap Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (6/2).

Fadli Zon belum secara resmi merespons gelombang protes terhadap puisi "Doa yang Ditukar". Namun, pada Selasa (5/2) Fadli sempat membalas pertanyaan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin lewat Twitter. Menurut Fadli, puisinya tidak merujuk kepada Mbah Moen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement