Kamis 07 Feb 2019 15:51 WIB

Balada Pertumbuhan Ekonomi Terbaik Sejak 2014

Ada beberapa faktor ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Apa saja?

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Fikri Noor, Iit Septyaningsih

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 sebesar 5,17 persen. Meski tak mencapai target sebesar 5,4 persen, pertumbuhan ekonomi tahun lalu merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi ini pula meleset dari target awal kampanye Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla yang sebesar tujuh persen per tahun.

Baca Juga

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, angka pertumbuhan di atas lima persen patut disyukuri di tengah kondisi ekonomi global yang tak tentu arah dan turunnya harga komoditas. "Ini juga merupakan pertumbuhan ekonomi terbaik sejak 2014," kata Suhariyanto dalam paparannya di kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/1).

Suhariyanto memerinci, pertumbuhan ekonomi pada 2014 sebesar 5,01 persen. Setahun kemudian, pertumbuhan sempat melambat menjadi 4,88 persen. Pada 2016, ekonomi mulai pulih dengan mencatatkan pertumbuhan 5,03 persen dan naik lagi menjadi 5,07 persen pada 2017.

Dari sisi pengeluaran, ekonomi Indonesia pada 2018 masih ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi masyarakat menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 2,74 persen. Sementara itu, investasi atau pembentukan modal bruto (PMTB) sebesar 2,17 persen.

"Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05 persen dan menjadi motor utama penggerak ekonomi dengan porsi sebesar 55,74 persen. Kemudian, PMTB tumbuh 6,67 persen dengan porsi 32,29 persen," ujar Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan, kenaikan konsumsi rumah tangga dipicu kenaikan penjualan eceran yang sebesar 4,74 persen pada 2018 dibandingkan 2017. Kemudian, penjualan mobil dan motor yang naik masing-masing 5,42 persen dan 7,44 persen.

Dia menambahkan, penjualan selama Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) juga berpengaruh terhadap sektor perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. "Semua masyarakat berlomba-lomba karena banyak diskon, itu menyebabkan sektor perdagangan tumbuh 4,39 persen," kata Suhariyanto.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2018 terbantu konsumsi rumah tangga yang pulih ke tren pertumbuhan di atas lima persen. Pada 2017, pertumbuhan konsumsi masyarakat sempat anjlok di level 4,9 persen.

"Ekonomi kita tumbuh karena konsumsi dan pembentukan modalnya (pembentukan modal tetap bruto) baik," ujar Darmin, di Jakarta, Rabu (6/2).

Ia memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini akan terus berada di atas lima persen setelah dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi sulit menembus lima persen. Menurut dia, pulihnya konsumsi rumah tangga karena daya beli masyarakat membaik berkat pencairan anggaran belanja sosial dari pemerintah sepanjang 2018.

Darmin mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi patut disyukuri di tengah tantangan global yang cukup berat. Meski diakui masih di bawah harapan, Darmin mengaku puas dengan angka 5,17 persen.

Darmin mengakui, pemerintah belum banyak membelanjakan anggaran untuk mendorong kinerja pertumbuhan. Pemerintah selama ini masih lebih banyak membelanjakan anggaran untuk pembangunan infrastruktur.

"Selanjutnya, bisa saja dibuat kebijakan yang lebih mendorong pertumbuhan. Tapi, tidak lantas lantas infrastruktur tidak dibangun, tapi mungkin tak secepat sebelumnya," ujar Darmin.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengklaim, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17 persen patut diapresiasi. Pasalnya, di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, perekonomian Tanah Air masih bisa tumbuh baik.

Rupiah menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah juga kompak menguat pada penutupan perdagangan, Rabu. Penguatan itu terjadi karena para pelaku pasar saham dan keuangan menyambut positif angka pertumbuhan ekonomi 2018.

IHSG menguat karena pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dari konsensus pasar. IHSG ditutup menguat sebesar 66,43 poin atau 1,02 persen menjadi 6.547,88. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 11,59 poin atau 1,13 persen menjadi 1.035,64.

"Untuk hari ini sentimen yang dominan dari internal yaitu data pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari konsensus. Sedangkan, sentimen dari eskternal yaitu naiknya beberapa komoditas, seperti CPO, nikel, dan batubara," kata Analis Indo Premier Sekuritas Mino di Jakarta, Rabu.

IHSG bahkan sudah menguat sejak pembukaan perdagangan. IHSG relatif nyaman berada di zona hijau sepanjang hari hingga penutupan bursa saham. Penutupan IHSG diiringi aksi beli saham investor asing yang ditunjukkan dengan aksi beli bersih atau net foreign buy sebesar Rp 138,59 miliar.

Frekuensi perdagangan saham pada Rabu tercatat sebanyak 471.637 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 13,93 miliar lembar saham senilai Rp 10,18 triliun. Sebanyak 260 saham naik, 175 saham menurun, dan 119 saham tidak bergerak nilainya.

Adapun pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore menguat menjadi Rp 13.920 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 13.962 per dolar AS setelah pengumuman data pertumbuhan ekonomi.

"Salah satu yang paling berpengaruh angka GDP kita yang ternyata di atas konsensus pasar. Meskipun tipis, ini bisa jadi salah satu trigger yang membuat kurs rupiah stabil," kata Analis pasar uang Monex Investindo Futures, Dini Nurhadi Yasyi.

Kendati demikian, ia menilai penguatan rupiah juga cenderung agak terbatas disebabkan fundamental ekonomi Amerika Serikat relatif solid setelah dikeluarkannya data ketenagakerjaan nonpertanian.

Dia menambahkan, kurs rupiah turut dipengaruhi perkembangan perang dagang antara AS dan Cina. Pekan depan, Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan bertemu kembali dengan Presiden Cina Xi Jinping.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi dibuka menguat Rp 13.945 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.895 per dolar AS hingga Rp 13.950 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, mata uang rupiah menguat menjadi Rp 13.947 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya yang berada di posisi Rp 13.976 per dolar AS.

(antara ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement