Kamis 31 Jan 2019 04:00 WIB

Warga Pesisir Indramayu Harapkan Perbaikan Breakwater

Breakwater yang saat ini ada tak bisa sepenuhnya menghalau gelombang.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Banjir Rob
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Banjir Rob

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU – Warga pesisir di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, mengharapkan ada perbaikan breakwater di lingkungan mereka yang kini kondisinya rusak. Sebab, daerah mereka selama ini jadi langganan banjir rob akibat air pasang laut yang menerobos masuk ke pemukiman mereka.

Kepala Desa Eretan Kulon, Arif Sentosa, menjelaskan, banjir rob dari laut menggenangi wilayah yang dipimpinnya selama tiga hari terakhir. Yakni mulai Ahad (27/1) hingga Selasa (29/1).

"Baru hari ini banjir surut,’’ ujar Arif kepada Republika.co.id, Rabu (30/1).

Arif mengatakan, banjir itu terjadi akibat gelombang tinggi air laut yang menerjang pemukiman warga. Sebab, break water atau pemecah gelombang yang saat ini ada tak bisa sepenuhnya menghalau gelombang.

Arif menyebutkan, dari breakwater sepanjang satu kilometer, saat ini kondisinya rusak di beberapa titik. Ombak besar yang kerap menghantam, membuat bebatuan penyusun breakwater akhirnya jebol. Dampaknya, air laut langsung menerobos masuk ke permukiman dan merendam ratusan unit rumah warga.

"Banjir telah membuat aktivitas perekonomian warga menjadi sangat terganggu,’’ kata Arif.

Arif menyebutkan, banjir di antaranya mengganggu aktivitas pelelangan ikan. Selain itu, mobil pengangkut ikan juga jadi tak bisa lewat karena jalanan desa tergenang air. Belum lagi aktivitas penjemuran ikan asin milik warga yang juga jadi terhenti.

 

"Kerugian ekonomi akibat banjir mungkin bisa ratusan juta rupiah,’’ ucap Arif.

Tak hanya dari segi ekonomi, lanjut Arif, banjir itu juga mengganggu aktivitas belajar mengajar siswa sekolah. Meski tak sampai diliburkan, namun para siswa terpaksa dipulangkan lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Arif berharap, perbaikan breakwater yang rusak itu segera dilakukan. Pasalnya, puncak musim hujan dan kondisi gelombang tinggi atau yang dikenal dengan istilah musim baratan diperkiraan akan terjadi hingga Februari nanti. Akibatnya, ancaman banjir akan terus menghantui warga.

Hal senada diungkapkan warga setempat, Kholil. Dia pun meminta agar pemerintah pusat segera memperbaiki breakwater yang rusak itu karena perannya sangat besar dalam mencegah banjir.

‘’Banjir seperti ini memang sudah jadi langganan. Tapi kami jelas sangat ingin agar banjir tidak terjadi lagi,’’ ucap Kholil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement