Rabu 30 Jan 2019 17:37 WIB

Aktivis Lingkungan Desak Gubernur Setop Perburuan Primata

Jabar sudah ada aturan terkait perburuan primata namun belum ditegakkan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Sekumpulan monyet (Ilustrasi)
Foto: Antara
Sekumpulan monyet (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan aktivis lingkungan yang tergabung dalam Profauna Indonesia, menggelar aksi teaterikal di halaman Gedung Sate, Rabu (30/1). Mereka, mendesak Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil untuk menghentikan maraknya perburuan primata di Jabar.

Dalam aksinya, aktivis lingkungan tersebut menggelar pertunjukkan dengan menggunakan atribut primata seperti monyet dan surili. Mereka, memainkan peran sebagai seorang pemburu yang memburu primata. Aksi tersebut, cukup menarik perhatian pengguna jalan yang melewati Jalan Diponegoro. Karena, pertunjukkan tersebut seperti kabaret lengkap dengan dialog, tarian dan nyanyian.

Menurut Koordinator Propauna Indonesia Representatif Jabar, Nadya Andriani, aksi ini digelar untuk memperingati Hari Primata Indonesia 2019. Pada peringatan sebelumnya, Propauna Indonesia pernah mengangkat aksi bertemakan setop perdagangan primata dan stop memelihara primata. Tahun ini, tema yang diangkat setop berburu primata.

"Kenapa berburu? Karena kondisi perburuan primata dari tahun ke tahun, semakin meningkat. Bahkan, motifnya bukan hanya untuk ekonomi tapi hobi," ujar Nadya kepada wartawan.

Nadya mengatakan, di Jabar sebenarnya sudah ada aturan terkait perburuan primata ini. Namun, adanya di Polrestabes dan belum ditegakkan. Padahal, kata dia, sekarang perburuan primata tersebut menuju masif. Memang, belum marak tapi kecenderungannya ada.

"Makanya aksi ini dilakukan di Gedung Sate karena ingin Pemprov Jabar melihat dan menegakkan aturan perburuan primata tersebut," katanya.

Saat ini, kata dia, wilayah di Jabar yang banyak perburan primata di antaranya adalah Sumedang, Tasikmalaya di pinggir hutan banyak pemburu serta Bandung Barat.

"Ironinya, pemburu tersebut datang dari daerah lain yang bukan dari Jabar. Kalau warga sekitar justru ikut menjaga," katanya.

Menurut Nadya, Kukang masuk sebagai empat jenis primata yang punah. Jadi, keberadaannya saat ini cukup langka. Sehingga, banyak diperjual belikan dan peliharan oleh masyarkat.

"Nah yang miris ada pemburu yang menembak primata hanya untuk diunggah di Medsos sekarang marak," katanya.

Terkait jumlah kasus perburan primata, menurut Nadya, pihaknya menemukan ada 12 kasus di seluruh Indonesia. Ia memantau kasus tersebut dari Medsos. "Kalau di Jabar kasusnya belum ada tapi jangan sampai ada," katanya.

Nadya berharap, dengan  aksi yang digelarnya ini, masyarakat bisa paham tentang pentingnya keberadaan primata bagi manusia. Yakni, primata selama ini berperan sebagai penyebar benih dalam hutan. Karena, hutan lindung tak ada yang menanam atau merawat.

Peran yang lainnya, kata dia, primata merupakan makanan bagi predator seperti macan tumbang dan macan tutul. "Kalau makananya nggak ada, kan nanti predatornya turun ke perkampungan warga. Di beberapa daerah ini terjadi," katanya.

Untuk melindungi primata dari kepunahan, Nadya menilai, Pemprov Jabar harus tegas membuat aturan tentang perburuan. Terutama, harus ada aturan terkait penggunaan senjata angin. "Penggunaan senjata angin harus diatur tegas sebelum perburuan primata menjadi semakin masif," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement