REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jujur, teguh pendirian dan antikorupsi. Itulah prinsip hidup yang secara konsisten dijalani mendiang Rahman Tolleng semasa hidupnya. Sebagai seorang tokoh pergerakan dan juga politisi, mendiang Rahman Tolleng layak dijadikan panutan para politisi zaman now.
Salah satu sahabat mendiang, Wimar Witoelar menceritakan, sejak tahun 1960-an sosok Rahman Tolleng telah menjadi panutan para mahasiswa. Pemikiran Rahman yang kadang radikal menjadikan dirinya semakin dikenal bahkan disegani oleh mahasiswa di masa itu.
“Dia sosok yang inspiratif, berpuluh-puluh tahun dia menjadi panutan kami. Dia konsisten, pemikirannya kadang radikal, dia tokoh percontohan,” kata Wimar saat dihubungi Republika, Selasa (29/1).
(Baca: Aktivis 66 Rahman Tolleng Wafat karena Sakit Komplikasi)
Untuk itu, Wimar menyarankan, agar para politisi bisa mengikuti prinsip hidup mendiang Rahman Tolleng. Agar ditahun politik ini, para politisi bisa berpolitik secara sehat, beretika, jujur dan tidak terpengaruh materi.
“Mendiang memiliki etika politik yang sangat tinggi, jujur, teguh pendirian dan tidak terpengaruh materi. Nilai itu yang harus ditiru karena tidak banyak politisi yang memiliki itu,” jelas Wimar.
Diketahui, tokoh pergerakan Rahman Tolleng meninggal dunia pada Selasa (29/1). Mantan aktivis demokrasi itu wafat karena sakit komplikasi gagal ginjal, jantung, dan gula.
Istri mendiang Rahman menjelaskan waktu meninggalnya mantan aktivis itu adalah pada Selasa pukul 5.25 WIB. Mendiang suaminya dibawa ke RS Abdi Waluyo pada Senin (28/1) kemarin.
"Sudah di rumah sakit sejak kemarin sore," kata Tati di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Selasa pagi.