Senin 28 Jan 2019 18:31 WIB

Di Balik Serangan Bom ke Katedral Filipina

Kelompok Ajang-Ajang diduga berada di balik serangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)
Foto: AP Photo / Bullit Marquez
Presiden Filipina Rodrigo Duterte

Para militan mampu melancarkan serangan semacam itu, meski ada pengawasan ketat dari pasukan keamanan menyusul pelaksanaan referendum di kawasan tersebut.

"Kelompok ini berhasil mengakali para penegak hukum," ujar Banlaoi.

Menurut Banlaoi, Ajang-Ajang merupakan kelompok Pro-ISIS yang dipimpin oleh Amin Baco. Kelompok ini terkait dengan aksi pendudukan di Marawi yang berakhir dengan serangan militer oleh tentara Filipina.

Referendum

Beberapa hari lalu wilayah Mindanao menggelar referendum Undang-Undang Bangsamoro atau dikenal dengan Bangsamoro Organic Law (BOL). Peraturan ini memberikan otonomi luas bagi Bangsamoro untuk menjalankan pemerintahannya di bawah negara Filipina.

Mayoritas warga yang tinggal di Mindanao setuju dengan BOL. Kesepakatan ini mengakhiri perang panjang yang berlangsung di kawasan tersebut. Kesepakatan ini didorong oleh Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang menolak gerakan Abu Sayyaf. 

Namun di Sulu, mayoritas warga menolak. Tidak diketahui apakah persetujuan ini ikut mendorong para militan garis keras yang menolak perdamaian untuk melancarkan serangan.  

Penasihat Keamanan Nasional Filipina Hermogenes Esperon sangat mengecam serangan terhadap gereja di Sulu. Dia menyebut mereka yang bertanggung jawab sebagai pembunuh massal dan penjahat ekstremis. "Kami tidak akan membiarkan mereka merusak preferensi rakyat untuk perdamaian," ujarnya.

Pemimpin Muslim di dunia mengecam serangan tersebut tersebut. Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen turut berbelasungkawa atas kejadian itu. Ia mengatakan, OKI menolak segala bentuk ekstremisme. Paus Francis juga mengecam serangan terseut. Ia menyerukan semua pihak untuk mengedepankan perdamiana. Ia meminta para pelaku untuk mengubah cara pandang mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement