REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sebanyak lima tempat tidur berjajar di lorong lantai 3 ruang rawat inap Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Senin (28/1). Empat di antara lima kasur itu terisi pasien, sementara satunya kosong baru saja di ditinggalkan pasiennya.
Yuniati (34 tahun) mengisi salah satu kasur yang berada di lorong itu. Sejak sepekan terakhir, putranya yang berusia 3 tahun terjangkit virus DBD.
"Dari hasil lab, panas naik turun dari tanggal 22 (Januari)," kata dia saat ditemui, Senin (28/1).
Ia mengaku sudah membawa anaknya ke klinik. Namun, setelah tiga hari berlalu demam anaknya tak juga turun. Ketika berobat lagi, trombosit anaknya sangat rendah, di bawah angka 50.
"Makanya dokter kasih rujukan suruh rawat inap," kata dia.
Pertama, anaknya dirujuk ke RS Hermina Serpong. Namun, setelah menunggu seharian, anaknya yang demam tak juga ditangani. Hingga malam hari, ia baru dikabarkan bahwa rumah sakit telah penuh.
Setelah itu, ia mencari lagi rumah sakit. Kali kedua adalah RS Permata Pamulang. Namun, kamar juga penuh. Begitu juga dengan RS Buah Hati.
"Terus kita direferensikan ke Sari Asih Ciputat, cuma agak jauh. Akhirnya saya ke sini, langsung ke IGD. Itu juga penuh. Saya minta langsung tindakan medis, di IGD dua hari dan di sini (lorong) baru sekarang," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini kondisi anaknya sudah lebih baik. Suhu tubuhnya telah normal, 37 derajat celcius. Namun, ia masih belum menerima hasil lab anaknya.
"Pelayanan dibanding yang lain, mending di sini. Biasa pasien BPJS didiemin. Tapi di sini langsung ditangani," kata dia.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Tangsel Imbar Umar Gozali mengatakan, selama memasuki periode Januari 2019 jumlah pasien di tempatnya meningkat. Peningkatan itu umumnya berasal dari kasus demam berdarah dengue (DBD).
"Lantai 3 overload. Jumlah tempat tidur tidak sebanding pasien yang masuk," kata dia saat ditemui di RSU Tangsel, Senin (28/1).
Karena itu, pihak RSU Tangsel mau tak mau harus tetap menampung pasien itu. Namun, pasien yang tak tertampung di kamar harus dirawat di lorong lantai 3 RSU Tangsel.
"Itu di luar jadinya. Kalau itu tak beretika kan sebenarnya," kata dia.
Meski begitu, saat ini jumlah pasien DBD di RSU Tangsel hanya tersisa 16 orang. Sebanyak 10 orang di antara pasien rawat inap itu merupakan warga Tangsel, sementara sisanya adalah warga sekitar Tangsel.
Imbar mengatakan, hingga pekan ketiga Januari 2019, jumlah pasien DBD yang telah dirawat di RSU Tangsel mencapai 157 orang. Namun, tak ada pasien DBD yang meninggal di RSU Tangsel.
Menurut dia, satu pasien yang meninggal memang diduga terindikasi DBD. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan pasien meninggal akibat pnemonia atau radang paru.
"Dia masuk rumah sakit karena demam timggi, trombosit turun. Orang tua ke mari karena diduga DBD. Tapi itu pnemonia," kata dia.
Menurut dia, jumlah pasien yang membludak bukan hanya datang dari kasus DBD, melainkan juga penyakit lainnya. Pasalnya, kata dia, saat ini memang periode pergantian musim yang menyebabkan potensi penyakit meningkat.
"Perubahan cuaca kan begitu. Banyak nyamuk jadinya," kata dia.
Sebelumnya, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany akan mempertimbangkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya. Ia mengatakan, penetapan status KLB harus didasarkan data dan regulasi yang ada.
"Kita akan menentukan apakah itu kejadian luar biasa atau belum. Itu harus berdasarkan data kapan dan regulasi yang berlaku untuk menentukan KLB atau bukan," kata dia di Pusat Pemerintahan Kota Tangsel, Jumat (25/1).