Poin pertama dari deklarasi ini menekankan pentingnya penolakan pada hoaks, fitnah, dan ghibah yang dapat memicu perpecahan dan perselisihan bangsa, sementara poin kedua menegaskan anggota Muslimat tidak akan membuat dan menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, fitnah, dan ghibah.
Adapun poin ketiga dari deklarasi ini adalah pentingnya membudayakan menyaring berita sebelum menyebar informasi yang diterima, sedangkan poin terakhir mengingatkan tentang perlunya berpikir positif untuk menguatkan ukhuwah dan persatuan bangsa.
Khofifah mengatakan, komitmen ini perlu dipegang mengigat nilai-nilai yang diusung NU berkenaan dengan corak Islam yang mengedepankan toleransi dan moderasi. “Untuk membangun toleransi dan moderasi maka di harlah kali ini kami deklarasikan warga Muslimat antihoaks,” kata Khofifah.
Pada Momen Harlah Muslimat yang menginjak usia 73 tahun ini, Khofifah juga mengingatkan potensi luar biasa yang dimiliki Muslimat NU sebagai organisasi perempuan yang punya kader berkualitas, berintegritas, dan komitmen yang luar biasa. “Kekuatan muslimat NU itu dari kemandiriannya, membangun dari ranting, cabang hingga wilayah, pusat,” kata dia.
Khofifah menilai, tema acara kemarin, yakni “Jaga Aswaja, Teguhkan Bangsa” tak lepas dari nilai toleran dan moderat yang diusung NU. Menurut dia, Indonesia diberi rahmat sebagai bangsa yang beragam baik dari suku, bahasa, tradisi, hingga agama. Namun, perbedaan ini hendaknya disikapi dengan bijak bukan malah menjadi bibit perpecahan antar anak bangsa.
“Toleransi dengan yang berbeda jadi bagian yang akan menjadikan kita berlomba-lomba menuju kebaikan dari yang satu kepada yang lain,” ucap Khofifah. Dia juga menekankan perlunya memberikan ruang kebebasan berekspresi dan kebebasan berbicara, agar muncul rasa saling menghargai. “Kita harus rangkul mereka ke pangkuan ibu pertiwi Indonesia,” ujar dia.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj berpesan kepada Muslimat NU agar menjadi perempuan cerdas yang menjadi guru bagi keluarganya. “Menjaga nilai-nilai ini harus dilakukan oleh orang-orang cerdas dan berpendidikan. Makanya ibu-ibu Muslimat harus cerdas,” kata Kiai Said saat memberikan tausyiah dalam acara Harlah Muslimat NU.
Menurut Kiai Said, kecerdasan perempuan dalam keluarga sangat penting, terutama untuk menularkan bibit Islam rahmatan lil alamin yang lekat dengan nilai moderat dan toleran. Dengan pemahaman yang kuat pada nilai Islam moderat, kata dia, maka perempuan bisa membentengi keluarganya dari ancaman radikalisme berkedok agama.
Sementara, nilai Islam toleran adalah saling menghargai antarmereka yang berbeda dalam hal keyakinan atau suku bangsa. “Mari kita jaga NKRI, Pancasila, budaya, dan karakter akhlakul karimah. Inilah Islam Nusantara yang santun, ramah, berkarakter, dan integritas. Dia bukan mazhab bukan aliran, tapi tipologi,” kata Kiai Said. (antara ed: fitriyan zamzami)