REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan, panasnya tahun politik harus disikapi dingin oleh segenap umat beragama di Indonesia agar persatuan Indonesia tetap terjaga. Ini ia sampaikan menyusul fenomena perang urat syaraf yang berujung penistaan, caci-maki, dan kekerasan fisik yang dibungkus agama.
Menurut Lukman, kondisi demikian dapat mengancam bangsa dan mendesepsi ajaran agama Islam yang sebenarnya. Sebagian elemen masyarakat saat ini terlihat begitu berlebihan dalam mengekspresikan keberagamaanya, sehingga melakukan aksi yang justru bertentangan dengan esensi agama.
Agama, kata Lukman, pada prinsipnya menjaga kemuliaan manusia yang sudah termaktub secara eksplisit dalam Alquran. Agama juga tidak mungkin berperan mensegregasi, tetapi menyatukan, merangkul, dan mengayomi semua elemen manusia tanpa terkecuali.
"Aksi kontrahumanisme, seperti penistaan, caci-maki, kekerasan yang mengusung ajaran agama adalah bentuk kesalahan menyerap ajaran agama," ujarnya pada talkshow yang dipandu Najwa Shihab, putri mantan Menag Quraisy Shihab, dalam acara Rapim Ditjen Pendidikan Islam Kemenag di Bogor, Senin (21/1).
Menag Lukman juga menekankan agar seluruh jajarannya sudah selesai dengan pemahaman ini. Salah satu pagar yang menjaga keberagamaan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama. Titik utama yang penting diberi fokus perhatian terkait perilaku beragama adalah pendidikan Islam.
Saat ini Kemenag menaungi 78.000 madrasah, 28.100 pondok pentren, dan 770 perguruan tinggi Islam. Dari lembaga-lembaga inilah, Kemenag harus menjamin ajaran agama yang murni disampaikan tanpa penyimpangan. Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki cara pandang yang waras dan memiliki nilai-nilai.
Maka para pegiat pendidikan, mulai birokrasi hingga para guru dan tenaga pendidikan di lapangan pada dasarnya adalah orang-orang yang membangun peradaban Indonesia. "Jangan menganggap peran ini hanya pekerjaan. Bila hanya itu, mesin bisa menggantikannya lebih baik. Tetapi kita pada dasarnya sedang membentuk manusia Indonesia," kata Menag.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, tahun 2019 pihaknya akan meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dan kampus Islam hingga sebagian besar berakreditasi minimal B. Sekolah-sekolah itu didesain agar mengambil peran kunci dalam moderasi beragama.
Kamaruddin berjanji agar aksi keberagamaan yang moderat, toleran, dan humanis dapat terefleksi dalam aktifitas pendidikan islam. Dia mengklaim, kontribusi pendidikan Islam selama ini dalam menjaga artikulasi islam di Indonesia sangat fundamental.
"Kita hidup di negara paling majemuk di dunia, tetapi mampu bertahan sampai sekarang karena memiliki gaya keislaman yang humanis, toleran, dan damai, meski masih ada peristiwa sporadis yangg bertentangan dengan itu. Namun secara umum keislaman kita sangat baik," katanya.