Senin 21 Jan 2019 22:31 WIB

699 Huntara di Sulteng Ditargetkan Rampung Akhir Februari

Progressnya hingga 20 Januari 2019 sebanyak 691 unit di 72 lokasi sudah dikerjakan.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Kementerian PUPR pastikan huntara untuk korban gempa Sulteng dapat dihuni mulai Desember 2018.
Foto: Kementerian PUPR
Kementerian PUPR pastikan huntara untuk korban gempa Sulteng dapat dihuni mulai Desember 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelesaian pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban bencana gempa bumi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) terus dikebut. Pembangunan tahap pertama ditargetkan rampung pada akhir Februari ini.

Tahap pertama akan dibangun 699 unit di 72 lokasi. Progressnya hingga 20 Januari 2019, sebanyak 691 unit di 72 lokasi sudah dikerjakan. Di mana 217 unit yang tersebar di 30 lokasi sudah selesai. 

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, untuk mempercepat pembangunan huntara, masing-masing kontraktor dari BUMN Karya akan terus melakukan penambahan tenaga kerja. Sehingga waktu kerja dapat ditambah hingga malam hari dengan sistem shift.

"Huntara yang dibangun dengan model knockdown, dimana satu unit huntara terdiri dari 12 bilik di mana setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga," kata Basuki beberapa waktu lalu. 

Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, semakin cepat masyarakat bisa menempati huntara semakin baik. Dengan begitu, dapat dilakukan evaluasi kekurangan yang ditemui serta dapat mengetahui jumlah pembangunan huntara yang sesuai kebutuhan.

"Huntara yang sudah dibangun dapat menjadi standar bagi pihak-pihak yang ingin membantu dalam penyediaan hunian di Palu, Sigi dan Donggala," kata Arie. 

Direktur Bina Penataan Bangunan, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menyampaikan, dari 217 unit Huntara yang sudah diselesaikan, sebanyak 26 unit diantaranya sudah diserahkan kepada Pemerintah Daerah yakni 10 unit di Kelurahan Silae yang dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya serta 16 unit di Kelurahan Duyu yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya dan PT Hutama Karya.

Sementara, dari 26 unit Huntara yang sudah dihuni, sebanyak 221 bilik sudah dihuni oleh 31 Kepala Keluarga (KK) di Silae dan 191 KK di Duyu. "Ada satu unit huntara di Kelurahan Duyu yang dimanfaatkan untuk bangunan Puskesmas pembantu," kata dia. 

Pembangunan huntara dikerjakan oleh tujuh BUMN Karya dan 11 kontraktor swasta lokal. BUMN Karya yang terlibat adalah PT Adhi Karya, PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Nindya Karya, PT Brantas Abipraya dan PT PP. 

Iwan menambahkan, meski ditargetkan rampung pada akhir Februari, tapi diperlukan waktu tambahan untuk dapat dihuni berupa pemasangan sambungan air bersih, listrik oleh PLN, dan sarana prasarana lingkungan lainnya. 

Selanjutnya untuk pembangunan hunian tetap, Gubernur Sulteng telah menandatangani Surat Keputusan mengenai penetapan lokasinya. Yakni di Kota Palu seluas 360,93 hektare, meliputi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga seluas 79,3 hektare dan Kelurahan Tondo dan Talise, Kecamatan Mantikulore seluas 481,63 hektare.

Kemudian, Kabupaten Sigi seluas 362 hektare yang terletak di Desa Pombewe 201,12 hektare dan Desa Oloboju seluas 160, 88 hektare Kecamatan Sigi Biromaru. Pembangunan hunian tetap akan menggunakan konstruksi tahan gempa.

Selain hunian, pembangunan dan perbaikan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit dan puskesmas juga menggunakan konstruksi tahan gempa sesuai dengan prinsip Build Back Better. Pembangunan RS Undata dan RS Anutapura di Kota Palu akan menjadi pilot project konstruksi bangunan tahan gempa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement