Jumat 18 Jan 2019 21:51 WIB

Menristek: Sarana Prasarana di Kampus Memegang Peran Kunci

kampus diminta proaktif melakukan kerja sama dengan industri untuk bangun sarpras

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan sekaligus
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan sekaligus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski memasuki era digital, infrastruktur dan sarana prasarana (sarpras) perguruan tinggi dinilai salah satu komponen sumber daya dengan investasi terbesar dan strategis dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan mutu. Terutama bagi program studi (prodi) teknik ataupun vokasi yang notabene membutuhkan fasilitas praktek.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menyampaikan pembangunan sarpras kampus akan meningkatkan mutu penyelenggaraan prodi teknis di Indonesia."Infrastruktur atau sarpras ini memang masih penting untuk mengasah skill mahasiswa yang jurusan teknik, vokasi," kata Nasir melalui pesan tertulis, Jumat (18/1).

Karena itu dia pun mendorong agar kampus proaktif melakukan kerja sama dengan industri atau pun pihak lain terkait pemenuhan sarpras tersebut. Terlebih dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, lanjut Nasir, pendidikan tinggi dituntut lebih adaptif dengan pertumbuhan pengetahuan yang eksponensial, disrupsi teknologi dan inovasi, serta perubahan sosial dalam masyarakat. 

Ia menyebutkan, hal tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan literasi baru pada era Revolusi Industri 4.0 yang meliputi literasi data, teknologi dan human yang mendorong transformasi dalam standar kompetensi dan 7 standar pendidikan lainnya termasuk standar sarana dan prasarana. 

Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam mewujudkan pendidikan tinggi 4.0, Kemenristekdikti menyusun berbagai regulasi dan program untuk memperkuat 3 literasi baru dan dorongan digitalisasi. Salah satu bentuk kebijakannya adalah pembangunan universitas siber (Cyber University) yang dipersiapkan untuk pembelajaran daring. 

"Saat ini teknologi digital sudah sangat luas penerapannya, juga sangat luas dampaknya, maka Massive Open Online Courses (MOOCs) yang menerapkan teknologi digital dalam pembelajaran, yang mampu menembus tembok ruang kelas, batas-batas kampus, dan bahkan negara, sudah harus mulai dibangun dengan roadmap yang terstruktur dan komprehensif," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement