REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Melisa Riska Putri, Adinda Pryanka
JAKARTA -- Bergugurannya perusahaan ritel, seperti Hero Supermarket, Neo Soho, dan Metro, dinilai bukan disebabkan berkurangnya konsumsi masyakarat kalangan menengah. Supermarket dinilai tetap dibutuhkan masyarakat karena menyajikan kebutuhan pangan yang segar.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali berpendapat, masyarakat, khususnya kalangan menengah, masih menginginkan produk pangan segar yang disajikan supermarket. "Yang jadi masalah adalah daya dukung lingkungan itu berubah," kata Rhenald, Rabu (16/1).
Misalnya, ia menjelaskan, di gerai cabang A yang tadinya didukung oleh keberadaan perumahan ataupun jalan tertentu, membuat gerai itu cukup laris. Namun, perubahan besar yang terjadi di Jakarta membuat populasi di titik-titik tersebut berubah. Dengan begitu, populasi tersebut berpotensi pindah untuk berbelanja ke tempat lain.
"Ritel seperti itu memang sangat terkait dengan perubahan yang terjadi sehari-hari," ujarnya.
Oleh karena itu, perusahaan ritel mesti cepat beradaptasi dengan segala perubahan.
Selain pengaruh lingkungan, manajemen perusahaan juga bisa menjadi salah satu penyebab tutupnya gerai ritel. Manajemen perusahaan yang sudah lama ada tersebut mungkin sudah tidak lagi up to date terhadap perkembangan, termasuk penggunaan teknologi.
"Harus diakui, Hero ini sudah lewat masa inovasinya," kata Rhenald menduga.
Pada masa 20 tahun hingga 30 tahun lalu, kata dia, Hero merupakan salah satu ritel paling inovatif. Namun, belakangan ini stagnan.
Sementara, muncul pesaing-pesaing yang turut menyajikan makanan dan buah-buahan seperti yang ditawarkan Hero. Contohnya All Fresh, Farmers Market, ataupun niaga daring. Mereka menawarkan produk segar yang cepat dan murah bagi konsumen.
"Jadi, memang setiap pengusaha harus membuat dirinya selalu relevan dengan zamannya," ujar dia.
Turbulensi bisnis ritel tak hanya dirasakan supermarket Hero. Perusahaan ritel Metro Department Store turut terguncang. Metro akan menutup gerainya di Manado.
Menurut Rhenald, penutupan gerai Metro di Manado terjadi akibat pertarungan dengan pola belanja saat ini yang memanfaatkan sistem daring, perubahan gaya hidup, dan teknologi. Ia menjelaskan, Metro menjual produk tahan lama, sementara banyak pula yang menjualnya secara daring.
Hal itu membuat konsumen memilih beralih dan meninggalkan gerai offline tersebut. Sebelumnya, Metro juga sudah menutup gerainya di Pasific Place.
"Dari awal memang sepi pasarnya di mal tersebut karena mungkin lokasinya tidak tepat. Barangkali dia akan mendapatkan lokasi lain yang lebih bagus," kata Rhenald.
Yang perlu dilihat, kata dia, ketidakberhasilan pengusaha dalam menjalankan usahanya atau menutup toko tidak hanya dipengaruhi dari pasar. "Jangan-jangan faktor manajemennya, keuangannya jebol, pasokannya, atau harganya. Banyak sebab."