REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA- Jumlah kasus DBD selama 2018 di DIY tercatat sebanyak 548 kasus dengan jumlah kasus terbanyak ada di Kabupaten Sleman sebanyak 144 kasus dan terendah di Kulonprogo hanya 29 kasus. Kasus DBD tersebut termasuk rendah karena dalam siklus lima tahunan sedang saatnya turun.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setjaningastutie. Dikatakan, kejadian DBD di DIY per kabupaten/kota selama 2018 tidak ditemukan KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD (Demam Berdarah Dengue). Akan tetapi DIY merupakan wilayah endemis DBD.
Tipe kejadian di daerah endemis, paparnya, cenderung naik turun dan tetap ada. Namun, Pembayun menambahkan, apabila kasus tidak meningkat lebih dari dua kali lipat dari periode waktu sebelumnya tidak masuk dalam kriteria KLB .
Di samping itu, peran masyarakat yang aktif untuk melakukan pencegahan seperti jumantik (juru pemantau jentik) yang sepekan sekali keliling memantau jentik di lingkungan rumahnya, juga menyebabkan turunnya kasus DBD.
Sementara itu secara terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Ameanlia mengatakan kasus DBD di kota Yogyakarta selama 2018 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Di 2018, kasus DBD di Kota Yogyakarta hanya 111 kasus, sedangkan pada 2017 mencapai 400 –an kasus.
Yudiria mengatakan meskipun kasus DBD di Kota Yogyakarta menunjukkan penurunan, pihaknya selalu menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengantisipasi terhadap DBD. Menurutnya, peran serta masyarakat dalam pemantauan jentik-jentik yakni satu rumah satu jumantik di seluruh kecamatan se Kota Yogyakarta turut menurunkan kasus DBD.
Bahkan di tiga kecamatan (Danurejan, Mantrijeron, dan Tegalrejo) jumantik ini melibatkan Laskar Berlian yakni anak SD yang tinggal d wilayahnya diminta untuk ikut serta dalam memantau jentik-jentik nyamuk.