REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo meminta agar publik bersabar dan menunggu kinerja tim gabungan penanganan kasus Novel Baswedan untuk membuktikan profesionalitasnya. Belakangan, tim gabungan menuai kritik lantaran pembentukannya dinilai memiliki unsur politis.
"Tolong berikan kesempatan pada tim gabungan yang dibentuk Bapak Kapolri, untuk bekerja secara profesional," kata Dedi di Jakarta, Selasa (15/1).
Dedi mengatakan, penanganan setiap kasus tidak sama dan memiliki kerumitannya sendiri. Tim gabungan yang dibentuk atas rekomendasi Komnas HAM ini akan bekerja secara komprehensif termasuk menerima saran dari sejumlah pihak dan menganalisis temuan-temuan dalam kasus yang menimpa penyidik senior KPK, Novel Baswedan.
"Semuanya fokus dan komitmen dalam mengungkap kasus ini," tegasnya.
Sebelumnya, Novel diserang dua orang tak dikenal sepulang dari salat subuh di Masjid Ihsan di dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada April 2017. Novel disiram air keras ke wajah penyidik senior KPK itu sehingga harus menjalani operasi berkali-kali di Singapura.
Pembentukan tim gabungan kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan oleh Mabes Polri dinilai sarat dengan kepentingan politik. Itu lantaran, pembentukan tim gabungan dilakukan sepekan sebelum debat capres 2019.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut tim gabungan dibentuk untuk memenuhi desakan berbagai pihak. "Ya karena masyarakat terus mendesak berbagai komponen masyarakat, bahkan DPR, kebetulan presiden pernah janji, momentum tahun politik seolah-olah serius makanya buat tim," ujar Neta kepada wartawan di Menteng, Jakarta, Sabtu (12/1).
Neta menyebut tim gabungan untuk mengesankan kepolisian dan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla serius dengan penanganan hukum, termasuk kasus Novel Baswedan yang hingga saat ini belum terungkap. Namun ia meyakini, tim gabungan pun tidak akan mampu mengungkap aktor di balik penyiraman air keras terhadap Novel.
"Percayalah tim ini tidak akan mampu mengungkap siapa penyiram Novel ya, tapi karena ini tahun politik, di mana masing-masing calon bertarung, Jokowi harus menunjukkan seolah-olah ini serius untuk menuntaskan kasus ini," kata Neta.