REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Warga keturunan Indonesia tanpa identitas kewarganegaraan resmi yang tinggal di Tawau, Sabah, Malaysia, miliki segudang masalah. Itu jadi perhatian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk turun tangan.
Hal itulah yang tengah dipikul kelompok Kuliah Kerja Nyata International (KKNI) UMY di sana. Mereka berkomitmen menuntaskan fenomena buruh turunan, keturunan Indonesia bermata pencarian tenaga kasar turun-menurun dari keluarganya.
Tahun ini, UMY yang kembali menerjunkan kelompok KKNI berkomitmen membantu masyarakat setempat menerapkan solusi mengatasi masalah itu. KKNI merupakan kali keempat usai dirintis Prodi Hubungan Internasional (HI) UMY.
Sebelumnya, pada 2016 UMY mengirim mahasiswa ke Davao Filipina Selatan, Tawau Sabah Malaysia pada 2017, dan Davao kembali pada 2018. Akhir pekan lalu, Jumat (11/1), 33 mahasiswa kembali berangkat ke Tawau.
Rektor UMY, Gunawan Budianto, berpesan agar para mahasiswa tidak cuma melakukan KKN sebagai kegiatan rutin semata. Terlebih, mereka akan tinggal di perkebunan dan subyek yang mereka hadapi merupakan warga negara Indonesia.
Sebagian besar, merupakan tenaga kerja buruh kasar di ladang. Menurut Gunawan, dulu mereka berasal dari Sulawesi, tapi disusul Nusa Tenggara Timur. Ini yang dirasa menunjukkan Indonesia belum mampu memberi lapangan kerja yang layak.
Ia menilai, untuk memutus siklus itu diperlukan langkah strategis yang dapat diterapkan secara apik. Salah satu langkah kunci untuk menyelesaikan masalah ini tidak lain memberikan pendidikan yang layak.
Serta, lanjut Gunawan, mampu membangun kompetensi para generasi muda Tawau. Sebab, dengan itu, mereka akan memiliki modal awal untuk mencari dan melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik ke depannya.
"Dalam hal ini UMY bersedia bekerja sama dengan pemerintah Indonesia memberikan bantuan beasiswa bagi anak-anak buruh keturunan Indonesia di Tawau untuk belajar di UMY," kata Gunawan, Senin (14/1).
Pada kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), Gatot Supangkat menjelaskan, KKNI itu menjadi program satu-satunya di Indonesia. Hebatnya, program telah terlaksana empat tahun terakhir.
"Ke depannya, program ini akan dikembangkan dengan menawarkan kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah lain maupun dengan instansi pemerintah yang berkepentingan dan bersedia mendukung," ujar Gatot.
Para mahasiswa KKNI akan berada di Tawau sampai 11 Februari 2019 dengan program unggulan berupa pendidikan dan pemberdayaan. Mereka akan mendukung sebagian dari ribuan anak-anak TKI yang belum mendapat layanan memadai dalam pendidikan.
Selain itu, program akan melakukan pemberdayaan masyarakat masyarakat terhadap keluarga TKI. Para mahasiswa juga akan memperkenalkan Muhammadiyah kepada para keluarga TKI di Tawau.
Kelompok KKNI HI UMY itu akan tiba di Tawau pada hari Selasa (15/1) pagi waktu setempat. Pada keberangkatan kali ini, Husni Amriyanto Putra dan Bambang Wahyu Nugroho bertindak sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).