REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali melakukan program pendampingan desa. Ini dilakukan untuk mendorong ekonomi masyarakat melalui objek wisata di perdesaan.
"Program pendampingan desa dalam kepariwisataan ini bagian dari program tanggung jawab sosial kami. Kerja sama dengan desa-desa lain di Bali masih terbuka," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Senin (14/1).
Tahun ini, pihaknya menetapkan Desa Bongkasa Pertiwi di Kabupaten Badung sebagai desa dampingan Asita Bali sesuai hasil Pekan Pariwisata Bali (BBTF) 2018. Dia menjelaskan pendampingan yang akan diberikan di antaranya mengembangkan, meningkatkan kualitas produk unggulan desa dan mempromosikan desa sebagai objek dan daya tarik wisata. Selain itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola usaha wisata desa setempat.
"Kami bersama pegiat wisata mengupayakan pengembangan, memberdayakan secara tepat guna potensi desa, baik secara ekologi sosial, ekonomi maupun sumber daya manusianya," katanya.
Untuk memantapkan pendampingan itu, Asita Bali menandatangani nota kesepahaman dengan perwakilan Desa Bongkasa Pertiwi. Desa Bongkasa Pertiwi merupakan satu dari lima desa yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Badung tahun 2019-2020 sebagai desa wisata yakni Sangeh, Mengwi, Carangsari dan Pangsan.
Di desa itu, wisatawan dapat menikmati pemandangan bentang alam suasana perdesaan, termasuk atraksi budaya yang dipelihara masyarakat setempat. Selain lima desa tersebut, di wilayah Badung Utara juga ada 17 desa yang berpotensi untuk diwujudkan menjadi desa wisata.
Dengan upaya itu, pelaku pariwisata juga memiliki informasi terkait potensi desa wisata. Sehingga dapat memperkaya atraksi wisata yang ditawarkan kepada turis.