Kamis 10 Jan 2019 15:18 WIB

Kasus DBD Mulai Banyak di Kabupaten Sukabumi

Siklus penyakit DBD umumnya naik di awal tahun seiring musim hujan.

Rep: Riga Iman/ Red: Indira Rezkisari
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan di awal tahun 2019. Dilaporkan sejumlah warga di beberapa kecamatan positif dan suspect terkena DBD.

''Siklusnya memang naik di awal tahun, terlebih dengan kondisi musim hujan,'' ujar Wakil Supervisor DBD Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Joppy JR kepada wartawan Kamis (10/1). Hingga kini sudah ada dua kecamatan yang dilaporkan terdapat kasus DBD yakni Kecamatan Cikembar dan Cicantayan. Dua daerah ini memang termasuk wilayah endemis DBD dan menjadi perhatian dinkes.

Di Cikembar kata Joppy, petugas Dinkes dan Puskesmas sudah turun ke lapangan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Di daerah tersebut ada sebanyak 10 orang warga yang suspect atau terduga terkena DBD.

Selanjutnya kata Joppy di tempat tersebut akan dilakukan sosialisasi penanggulangan bahaya penyakit DBD kepada masyarakat. Tahapan berikutnya yakni dilakukan kunjungan rumah dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Joppy menuturkan, setelah tahapan itu akan dilakukan pengasapan atau fogging. Ia mengatakan sejumlah tahapan ini harus dilakukan dalam penanganan kasus DBD.

Selain di dua kecamatan itu ungkap Joppy, petugas juga mendapatkan laporan kasus DBD di Selajambe Kecamatan Cisaat dan Jampang Tengah. Namun petugas Dinkes masih harus melakukan pengecekan terkait kasus di dua wilayah tersebut.

Mulai naiknya kasus DBD ini kata Joppy harus diwaspadai oleh masyarakat. ''Kami mengimbau masyarakat mari sama-sama menjaga kebersihan di rumah masing-masing,'' imbuh dia. Misalnya membersihkan halaman rumah, lingkungan dan tempat yang bisa tergenang air hujan.

Joppy menuturkan, tempat yang tergenang air bisa menjadi lokasi perindukan nyamuk DBD. Medianya seperti kaleng bekas, ban bekas maupun botol air mineral. Warga disarankan menimbun barang tersebut dan jangan dibuang sembarangan.

Warga juga lanjut Joppy, diminta menguras bak kamar mandi secara rutin. Selain itu toren air diberi bubuk abate. ''Dinkes menyediakan dan memasok bahan abate ke Puskesmas,'' kata dia.

Intinya sambung Joppy, Dinkes berharap masyarakat menggiatkan gerakan PSN dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Upaya tersebut dinilai efektif dalam menekan penyebaran penyakit DBD dan penyakit lainnya.

Sebenarnya tutur Joppy kasus DBD di Sukabumi mengalami penurunan. Kasus DBD pada 2018 lalu misalnya mengalami penurunan dibandingkan 2017 lalu. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement