Rabu 09 Jan 2019 00:19 WIB

KNKT Gandeng Pushidrosal Cari VCR Lion Air

Pushidrosal mengerahkan KRI Spica-934.

Warga korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh menaburkan bunga sekaligus doa bersama di KRI Banjarmasin 592 di Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Warga korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh menaburkan bunga sekaligus doa bersama di KRI Banjarmasin 592 di Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggandeng Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) untuk kembali mencari cockpit voice recorder (CVR) Lion Air JT-610 PK-LQP. VCR ini jatuh di perairan Tanjung Karawang, beberapa waktu lalu.

Pushidrosal mengerahkan KRI Spica-934 yang diberangkatkan dari Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (8/1).

Keberangkatan kapal survei Hidro - Oseanografi dibawah pembinaan Pushidrosal tersebut dilepas Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro dan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono serta para pejabat utama kedua lembaga.

Kapushidrosal mengatakan, keberangkatan KRI Spica-934 yang memiliki peralatan bawah air dengan teknologi canggih ini untuk terus mencari keberadaan CVR yang sampai saat ini belum diketemukan. KRI membawa alat yang lengkap seperti Multibeam Echosounder (MBES), Sub Bottom Profiling (SBP), Magnetometer, Side Scan Sonar, ADCP serta peralatan HIPAP yang mampu mendeteksi sinyal dari black box dari Lion JT-610.

"Selain peralatan tersebut KRI Spica-934 juga membawa ABK sebanyak 55 orang, personel KNKT 9 orang, penyelam TNI AL 18 orang, serta 'Scientist' 6 orang," tuturnya.

Sementara itu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan KNKT meminta bantuan Pushidrosal yang mempunyai peralatan yang mutakhir untuk mencari keberadaan CVR itu. Dengan segala kekuatan yang ada, KRI Spica yang dikomandani Lekol Laut (P) Hengky Iriawan ini mempunyai waktu mencari CVR Lion Air nomor penerbangan JT-610 tersebut selama 15 hari, mengingat sinyal yang dipancarkan CVR selama 90 hari.

Saat ini waktu yang tersisa tinggal tersisa lebih kurang 15 hari lagi, sejak pesawat Lion Air jatuh di perairan Karawang 29 Oktober 2018 lalu. ePencarian akan fokus pada lokasi selebar 5 x 5 meter, di sekitar titik diperkirakan keberadaan keberadaan CVR.

"Dengan segala upaya dan doa kita semua, kita harapkan CVR tersebut dapat diketemukan menyusul diketemukannya 'flight data recorder' (FDR) beberapa waktu yang lalu untuk melengkapi investigasi penyebab pasti jatuhnya pesawat Lion Air," ucap Kapushidrosal.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement