REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran pasangan capres dan cawapres fiktif Nurhadi-Aldo akhir-akhir ini semakin meramaikan dunia jagat maya Indonesia. Berbagai macam foto mereka tersebar di media sosial.
Pengamat politik, Silvanus Alvin, mengatakan kehadiran Nurhadi-Aldo menjadi bukti bahwa masyarakat jenuh dengan perilaku para elite politik saat ini. Menurutnya, fenomena pasangan tersebut sebenarnya adalah wujud dari political satire atau satir politik sebagai bagian dari counter (tandingan) atas hegemoni pertarungan Jokowi dan Prabowo.
"Kemunculan fenomena Nurhadi-Aldo ini sebenarnya adalah lampu kuning bagi para elite politik. Satir tidak muncul tanpa sebab. Bila publik tertawa melihat unggahan di media sosial capres-cawapres fiktif maka itu sah-sah saja. Namun, kalau politikus yang tertawa, artinya mereka tidak paham kalau isi satir itu bukan lelucon belaka, tapi ada ironi atau kritik sosial di dalamnya," ujar Alvin melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/1).
Dosen di Universitas Bunda Mulia Jakarta ini memberi contoh dari salah satu unggahan Nuhadi-Aldo di media sosial yang menyoroti persoalan kemakmuran petani. Ia mengatakan, hal itu tidak boleh ditanggapi sebagai candaan saja. Melainkan sebagai bentuk sebuah kritik pada pemerintah maupun politikus saat ini yang kurang memerhatikan para petani.
Ia menambahkan, pesan satir lain yang disampaikan oleh Nurhadi-Aldo memang mengandung unsur humor. Alvin menyebutkan, banyak penelitian telah membuktikan pesan bernada humor lebih menarik, mudah diserap masyarakat, dan pesan politik satir bernada humor ini lebih menarik dikonsumsi bagi pemilih pemula.
"Isu Nurhadi-Aldo pasti viral di kalangan generasi milenial. Tentunya, unggahan tersebut lebih mudah dinikmati daripada berita-berita politik pada umumnya. Alhasil, generasi milenial hanya menerima informasi bersifat negatif dengan kondisi politik di Indonesia," imbuhnya.
Ia juga mengingatkan, bila hal ini dibiarkan, maka ujungnya adalah sikap apatis dari para generasi milenial. Ia mengajak agar perlu ada tindakan nyata atas satir-satir yang diunggah Nurhadi-Aldo.
"Dan, jangan memanfaatkan momen untuk free ride publicity atas fenomena capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo ini. Sebab, hal itu akan semakin mempertegas elite politik hanya memikirkan nafsu politik mereka semata untuk berkuasa," paparnya.