Rabu 02 Jan 2019 13:24 WIB

Perlukah Capres/Cawapres Tes Baca Alquran?

Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga menyatakan siap tes baca Alquran.

Alquran/Ilustrasi
Alquran/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhyidin, Rizkyan Adiyudha, Febrianto A Saputro

Wacana tes baca Alquran bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) mengemuka dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dewan Ikatan Dai Aceh mengusulkan adanya tes baca Alquran bagi pasangan capres-cawapres ini untuk memuaskan dahaga umat Islam yang merindukan pemimpin bangsa bisa mengaji baik dalam arti luas maupun sempit.

Tantangan tes baca Kitab Suci Allah itu itu disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Ikatan Dai Aceh, Tgk Marsyuddin Ishak, di Banda Aceh, akhir pekan lalu. Tgk Ishak berencana mengundang pasangan capres-cawapres untuk mengikuti uji membaca Alquran di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada 15 Januari 2019.

Tgk Ishak menegaskan tes membaca Alquran ini tidak akan memengaruhi keputusan KPU. Namun, ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk mengakhiri politik identitas yang sudah telanjur terjadi. "Ini bertujuan untuk mengakhiri polemik keislaman capres dan cawapres," kata Tgk Ishak.

Sontak, ide ini pun menimbulkan kontroversi mengingat Indonesia dikenak bukan negara agama. Ada yang setuju, ada juga yang menolak. Ada juga pihak yang mendukung tes baca Alquran ini sebagai pendidikan sosial bagi umat Islam.

Kubu Tim Kampanye Nasional (TKN) pemenangan pasangan calon Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin menyatakan siap memenuhi tes baca ayat suci Alquran tersebut. "Pak Jokowi sangat siap menerima tawaran yang diberikan kawan-kawan Ikatan Dai Aceh ini," kata Juru Bicara TKN Koalisi Indonesia Kerja (KIK), Arya Sinulingga, di Jakarta, Sabtu (29/12).

Arya mengungkapkan TKN bisa memahami alur pikir Ikatan Dai Aceh sehingga mengeluarkan tawaran tersebut. Pasalnya, salah satu syarat untuk bisa menjadi pemimpin di Provinsi Aceh adalah harus bisa membaca Alquran dan mengaji.

Menurut Arya, tawaran tersebut harus dihargai mengingat ini adalah permintaan dari masyarakat Aceh. Apalagi, warga Aceh memang dikenal sangat menjunjung ajaran Islam. Ketua DPP Partai Perindo ini melanjutkan TKN pun bersedia jika misalnya kubu calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meminta tes itu dibuat tertutup dan hanya didengarkan oleh para juri.

Gayung pun bersambut kepada KH Ma'ruf Amin. Sebagai ulama, Kiai Ma'ruf menyatakan kesiapannya jika memang diundang untuk menjalani tes baca Alquran. "Jadi kalau saya diundang untuk dites, siap sekali," ujar Kiai Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (30/12).

Namun, Kiai Ma'ruf enggan memberikan terkait perlu dan tidaknya tes baca Alquran itu. Karena, wacana tersebut memang datang dari kalangan masyarakat sendiri.

Menurut Kiai Ma'ruf, tes baca Alquran ini bukan soal perlu atau tak perlu. Tapi, ini soal permintaan dari masyarakat dan jika pihaknya diundang, ia menegaskan sangat siap.

Sikap BPN

Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sodik Mudjahid, merespons usulan adanya tes baca Alquran di Aceh. Dia mengatakan, memahami Alquran di negara berdasarkan Pancasila dan negara dengan mayoritas Muslim ini merupakan hal yang penting.

"Tapi yang sangat dan lebih penting adalah pemahaman terhadap isinya, dan bagaimana mengamalkannya secara demokratis dan konstitusional," kata Sodik dalam keterangan pers, Ahad (30/12).

Menurut Sodik, prinsip itu yang lebih penting, dan bukan hanya mampu membacanya dalam bahasa arab. Misalnya, saat tes calon ketua umum PSSI, ia mempertanyakan apakah dilakukan tes cara menendang bola, cara setop bola, dan cara menggiring bola?

"Tidak kan? Tapi visi misi dan programnya dalam memajukan sepak bola," Sodik menegaskan.

Memahami Alquran dan kitab-kitab suci lain, sambung dia, penting bagi seorang capres. Namun, untuk menguji kemampuan membaca Alquran tidak bisa menjadi syarat.

Namun, Sandiaga Salahuddin Uno mengaku tidak masalah dengan wacana tes baca Alquran yang diajukan Dewan Ikatan Dai Aceh. Sandi menegaskan Prabowo-Sandiaga akan melakukan asal sesuai aturan yang sudah ditetapkan KPU.

"Kami sudah sampaikan kemarin, bahwa apapun keputusan KPU kami ikuti saja dan tidak menjadi masalah buat saya," kata Sandiaga di Media Center Prabowo-Sandiaga Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Senin (31/12).

Dia mengungkapkan, pihaknya banyak menerima informasi bahwa saat ini masih banyak politik identitas yang dimainkan. "Ya banyak yang menyatakan ke saya ini permainan politik identitas," kata Sandiaga.

Meski demikian, mantan wakil gubernur DKI tersebut enggan menanggapi lebih lanjut ihwal 'permainan politik' yang dianggapnya tidak berdampak terhadap kesejahteraan rakyat.  Prabowo-Sandiaga hanya ingin bicara soal cara mengentaskan segala permasalahan ekonomi yang semakin menghimpit rakyat. 

Tes Baca Alquran tidak Relevan?

Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi menilai tes membaca Alquran tidak relevan dalam proses pemilihan calon presiden dan wakil presiden.  Menurut dia, PSI sejak awal berpendirian bahwa ibadah adalah ranah personal, bukan untuk dipertontonkan sebagai alat dan syarat meraih suara.

"PSI tetap konsisten bahwa tes membaca kitab suci agama apapun tidak relevan karena itu tidak termaktub di dalam konstitusi kita,” kata Dedek, Senin (31/12).

Bagi seorang capres ataupun cawapres lebih baik mampu membaca dan memahami ayat-ayat konstitusi bukan ayat-ayat suci. “Agama itu ranah personal. Seorang capres dan cawapres diharapkan mampu baca dan paham ayat konstitusi,” kata dia.

Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding menyatakan permintaan uji baca Alquran yang dicetuskan ulama Aceh bukanlah politik identitas. Sebab, keinginan tersebut datang dari keinginan masyarakat sendiri.

"Uji baca Alquran bukan politik identitas karena keempat capres cawapres beragama Islam dan tidak bertensi untuk meminggirkan kelompok agama lain," ujar Karding dalam keterangan tertulis, Selasa (1/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement