Rabu 02 Jan 2019 13:13 WIB

Emil Minta Kepala Daerah di Jabar Waspadai Longsor

Sepanjang 2018, tercatat terjadi 1.560 bencana.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menginstruksikan kepala daerah di Jawa Barat untuk mewaspadai bencana longsor. Terutama kawasan di Jawa Barat bagian tengah hingga selatan. "Bencana longsor paling banyak terjadi di Jabar pada 2018," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau sering disapa Emil kepada wartawan di sela-sela mengunjungi lokasi bencana Rabu (2/1).

Sepanjang 2018, tercatat terjadi 1.560 bencana. Dari jumlah tersebut sebanyak 550 kali kejadian longsor. Hal ini menunjukkan bencana di Jabar kebanyakan adalah bencana hidrometeorologi atau tepatnya sekitar 60 persen kebencanaan hidrometeorologi terjadi di Jabar.

Bencana hidrometeorologi di antaranya adalah puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan longsor. Oleh karena itu pemprov mengistruksikan agar kepala daerah di Jawa Barat mewaspadai longsor.

Emil mengatakan, secara geografis kebanyakan wilayah Jabar tengah ke selatan termasuk kawasan rawan longsor. Sementara Jabar bagian tengah utara banyak terjadi banjir.

"Kenapa rawan longsor karena secara geologis dari tengah ke selatan kondisi alamnya miring dan curam," kata Emil. Sedangkan Jabar tengah ke utara relatif kondisi geografisnya rata.

Lebih lanjut Emil menuturkan, rumah yang terkena longsor sebenarnya tidak di lereng. Namun diduga aliran air yang ekstrem secara terus menerus menyebabkan tanah labil dan terjadi longsoran yang menghabiskan satu kampung. "Jabar 2018 menjadi sebuah renungan karena bencananya luar biasa," imbuh Emil. Sehingga dapat menjadi refleksi hidup agar bijaksana dan arif dengan alam.

Saat ini ungkap Emil, pemerintah masih fokus pada pencarian korban bencana. Sedangkan rekonstruksi bencana akan dilakukan saat pascabencana.

Emil menerangkan, kejadian bencana terjadi di kampung adat yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dalam artian warga yang menjadi korban saat ini ditampung di rumah keluarganya yang terdekat. Sehingga tidak ada tenda pengungsian yang didirikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement