Rabu 02 Jan 2019 10:09 WIB

Kelompok Bersenjata Tuding TNI-Polri Sandera Pemda Nduga

'Jumlahnya mungkin puluhan, karena rombongan tim yang disandera.'

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018.
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
[Ilustrasi] Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)/ Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom menuding aparat TNI Polri menyandera rombongan Pemerintah daerah Nduga di distrik Yigi, Papua. "Jumlahnya mungkin puluhan, karena rombongan tim yang disandera," ujar Sebby melalui pesan tertulis, Selasa (1/1).

Sebby menyebut, dalam rombongan tersebut, terdapat ketua I dan II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nduga. Sebby menyebut, pada 28 Desember 2018, rombongan tim melakukan perjalanan dari Wamena sekitar pukul 10.30 WIT menuju Yigi. 

Baca Juga

Saat sedang berada di Mbua, kata Sebby, rombongan disandera oleh TNI-Polri yang berjaga di daerah tersebut. Menurut dia, Puluhan orang itu disandera, karena tidak memiliki surat izin. "Sampai hari ini masih disandera di sana," ujar dia. 

Rombongan pemerintah itu bergerak untuk mengumpulkan warga Yigi, Nitkuri, dan Mugi yang lari ke hutan setelah terjadi kontak senjata dengan TNI-Polri. 

Beberapa waktu lalu kelompok bersenjata membantai puluhan pekerja infrastruktur di distrik Yigi, Nduga, Papua. Usai kejadian tersebut, pengejaran pun dilakukan. Dalam proses pengejaran tersebut, sempat terjadi penyerangan pos TNI yang diduga melibatkan warga setempat. 

Hingga saat ini, aparat TNI Polri masih melakukan pengejaran pada para anggota kelompok bersenjata. Aparat juga mengimbau warga yang bersembunyi di hutan, terutama yang terlibat penyerangan pos di Mbua, agar segera kembali. 

Baca Juga: TNI-Polri Bantah Tudingan Penyanderaan Pemda Nduga

Sementara itu, pada Selasa (1/1), Bupati Nduga Yairus Gwijangge mendukung tim gabungan TNI dan Polri untuk mengejar kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpian Egianus Kogoya. Ia mengatakan KKB ini telah menembak mati belasan pekerja jalan trans Papua dari PT Istaka Karya pada awal Desember 2018.

"Silakan aparat TNI dan Polri untuk melakukan penegakkan hukum," katanya saat didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi di Bukit Polimak, Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Menurut dia, aksi yang dilakukan oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya merupakan tindakan yang tidak terpuji dan tidak berperikemanusiaan. KKB juga telah membuat gaduh di bulan yang penuh damai, bulan yang bagi umat kristiani adalah bulan yang penuh berkat dan lahirnya sang juru selamat, Yesus Kristus.

"Mereka yang sudah melakukan pembunuhan terhadap anak-anak Tuhan yang tidak berdosa itu, terkutuklah mereka. Ini cara yang sangat biadab, yang sangat tidak manusiawi, ini cara yang tidak bagus yang mereka (KKB-red) lakukan, saya sampaikan permohonan maaf, mereka sudah salah," tuturnya.

Akibat kekerasan itu, kata dia, masyarakat Nduga menjadi trauma oleh kejahatan KKB, sementara TNI dan Polri sedang melaksanakan tugas negara, melindungi rakyat agar tidak terjadi aksi kekerasan. "Pemerintah punya kewajiban lewat TNI dan Polri untuk melindungi rakyatnya dari aksi tidak terpuji oleh kelompok itu. Harapanya TNI dan Polri bisa bertugas secara profesional, TPN/OPM atau KKB adalah musuh bangsa, silakan kejar mereka, asal rakyat saya tidak korban," katanya.

Pada momentum itu, Yairus juga menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak, termasuk Gubernur Papua Lukas Enembe dan Ketua DPRP Yunus Wonda yang begitu peduli untuk mengambil sikap soal Nduga. "Dan untuk pernyataan Wakil Bupati Nduga yang meminta menarik pasukan TNI dan Polri, ini adalah salah pemahaman dan kekeliruan, saya akan luruskan bahwa hal itu salah. Saya minta TNI dan Polri untuk kejar para pelaku kekerasan," ujarnya.

Pada 1 dan 2 Desember 2018, sebanyak 28 pekerja jalan trans-Papua dari PT Istaka Karya menjadi korban kekerasan dari kebiadan KKB pimpinan Egianus Kogoya bersama puluhan anak buahnya. Dari aksi itu, 17 pekerja ditemukan tewas, empat di antaranya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan TNI dan Polri, sisanya sudah kembali bersama keluarga.

Selain itu, lima personel TNI dan Polri tak luput dari aksi tersebut. Satu di antaranya tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko, empat lainnya luka berat dan ringan. Di pihak warga Nduga juga beredar kabar tiga hingga empat orang lainnya dikabarkan tewas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement