Selasa 01 Jan 2019 10:43 WIB

Korban Tsunami Butuh Kepastian Sampai Kapan Harus Mengungsi

Status Gunung Anak Krakatau membuat warga Sukaraja Lampung bingung.

Pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku Lampung Selatan memilih pakaian layak pakai di Posko pengungsian Kalianda, Lampung Selatan, lampung, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Ardiansyah
Pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku Lampung Selatan memilih pakaian layak pakai di Posko pengungsian Kalianda, Lampung Selatan, lampung, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Para pengungsi terdampak tsunami Selat Sunda, warga Dusun III Kenali, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan menunggu kepastian dari institusi terkait atas kondisi dan status Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda. Para pengungsi hingga kini belum berani kembali ke rumah masing-masing.

"Kami masyarakat di sini masih menunggu kepastian keadaan GAK itu sudah tidak apa-apa, sehingga bisa kembali ke rumah," kata Kepala Dusun III Kenali, Desa Sukaraja, Sanuri, saat dihubungi di Lampung Selatan, Selasa (1/1).

Dia menyatakan, kondisi masyarakat di sana sekarang masih mengungsi di perbukitan atau rumah kerabat. Sedangkan untuk pemasokan bantuan terbilang sudah mencukupi karena selalu berdatangan dari pemerintah dan relawan.

Sanuri menjelaskan, bahwa masyarakat Sukaraja, khususnya Dusun III Kenali menunggu kepastian dari pihak pemerintah ataupun BMKG/PVMBG terkait aktivitas dan status bahaya GAK itu. "Beberapa hari lalu ada informasi bahwa masih akan terjadi potensi tsunami susulan, sedangkan menurut pandangan kami saat ini GAK sudah aman dan normal kembali," katanya.

Menurutnya, kondisi saat ini membuat bingung masyarakat. Karena, beberapa warga sudah ada yang pulang, namun karena informasi status GAK, mereka naik lagi ke atas kawasan perbukitan untuk mengungsi. Dia menyatakan, permukiman warga Sukaraja memang tidak terlalu parah terkena dampak tsunami Selat Sunda tersebut, namun ketakutan akan terjadi tsunami susulan membuat semua warga memilih lebih baik mengungsi.

Ia berharap pemerintah dan badan/lembaga terkait bisa memastikan kapan masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing dan menjalani kehidupan seperti biasanya. "Kami kan mempunyai pekerjaan masing-masing, bila mengungsi terus tidak bisa masyarakat di sini mencari nafkah," ujar Sanuri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement