Senin 31 Dec 2018 16:39 WIB

Menularkan Virus Cinta Lingkungan Lewat Mapela

Kehadiran Mapela dipicu niat warga untuk berubah dan CSR PT Yutaka Manufacturing

Bank Sampah Mapela di Kampung Berseri Astra RW 05 Perumahan Telaga Murni
Bank Sampah Mapela di Kampung Berseri Astra RW 05 Perumahan Telaga Murni

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ichsan Emrald Alamsyah/Wartawan Republika

"Bangga, ketika RW kami selalu disebut, kami bangga," ucap Sunyoto. Sunyoto atau biasa dipanggil Pak Nyoto tidak asal bicara soal rasa bangga.

Pria berusia 42 tahun itu dengan KSM Masyarakat Peduli Lingkungan Asri atau disingkat Mapela telah berhasil mengubah wajah Rukun Warga (RW) 05 di Perumahan Telaga Murni dari yang hanya kampung biasa di pinggir Ibukota menjadi kampung hijau berpretasi. 'Wajah' inilah yang tidak hanya membuat bangga Telaga Murni namun juga Kabupaten Bekasi.

'Wajah' yang amat berbeda ini Republika rasakan ketika mencari RW 05 di Perumahan Telaga Murni, Cikarang Barat di akhir Desember 2018. Sebelumnya bila anda ingin ke Kampung Telaga Murni lebih mudah diakses dengan KRL Commuter Line Jurusan Jakarta Kota-Cikarang yang jumlahnya memang tidak terlalu banyak tiap harinya.

Anda bisa turun di Stasiun Cibitung atau Stasiun Cikarang dan kemudian menggunakan jasa ojek daring untuk menuju kesana. Sedangkan Republika yang berangkat dari Kranji, Kota Bekasi lebih memilih menggunakan roda dua.

Sesampainya disana, Republika tertegun ketika melihat Pintu Gerbang Perumahan Telaga Murni. Jalan yang tidak rata dan kecoklatan adalah pemandangan umum di beberapa wilayah di Jabodetabek, namun suasana gersang dan tak terawat membuat Republika awalnya tidak percaya ada Kampung hijau Astra di wilayah ini. Republika pun berusaha mencari dengan bertanya kepada beberapa warga yang ada di wilayah tersebut.

Titik terang mulai nampak ketika Republika memasuki gerbang jalan RW 05. Memasuki gang yang cukup untuk satu motor dan satu mobil itu, Republika melihat deretan Pohon Pucuk Merah di kanan kiri jalan. Pohon Pucuk Merah yang ditata apik di tepi jalan ini seakan-akan menjadi pembeda dari jalan-jalan yang dilewati Republika sebelumnya.

Semakin ke dalam, Republika tidak hanya melihat si pucuk merah tetapi beragam pohon hias yang ditata apik dalam pot. Pot pun di cat warna-warni, begitu juga tepian jalan dengan saluran air.

Jalan-jalan juga di cat warna-warni, bahkan ada sebagian lainnya dibuat seakan-akan trek jalur balap mobil. Bau harum menelisik hidung ketika Republika melewati beberapa pot yang di taruh di depan rumah warga. Usut punya usut ternyata pot itu berisi tanaman toga alias tanaman obat keluarga.

Apakah keindahan dan keasrian RW 05 terjadi dalam sekejap? Pengurus Mapela yang Republika temui serentak menjawab tidak.

Ketua KSM Mapela, Sunyoto mengatakan semua berawal dari niat untuk berubah. Hanya saja semua pun yakin semangat ingin berubah saja tidak cukup. Butuh suatu wadah yang punya kekuatan untuk mengikat.

Hingga kemudian di 2015, sekitar 35 warga memulai usaha untuk merubah kondisi RW 05. Ia mengaku mulai dengan menanam pohon Pucuk Merah di Jalan Apel Raya RT 06. 

Jalan itu memang menjadi jalan utama atau pintu masuk ke dalam RW 05. "Awalnya banyak yang menyeletuk, ngapain sih bikin-bikin begitu, tapi kami tetap jalan. Yang penting kami istiqomah dulu saja," tutur dia.

'Kelompok 35' ini pun juga membentuk bank sampah yang awalnya berlokasi di Sekretariat RW. Bank Sampah Maju Bersama ini pun sedari awal telah mendapat banyak pertentangan.

Hal ini karena sebagian warga menganggap sampah plastik dan kardus tersebut itu akan menimbulkan bau tak sedap. "Butuh waktu dan tenaga untuk berbicara dengan warga, di datangi untuk mengatakan bahwa sampah-sampah ini tidak menimbulkan bau tapi menguntungkan warga sendiri," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement