REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Hingga saat ini, sebanyak delapan jenazah korban bencana tsunami Selat Sunda, masih belum teridentifikasi. Kabid Dokkes Polda Banten AKBP Nariyana mengatakan, pihaknya kesulitan mencocokan ciri-ciri yang melekat pada korban (antemortem) dengan data keterangan keluarga (postmortem).
Sebab, Nariyana mengatakan tidak ada laporan keluarga yang merasa kehilangan anggotanya. Menurutnya, ada kemungkinan jenazah yang belum teridentifikasi berasal dari satu keluarga. Akibatnya, tak ada keluarga dekat yang melapor karena tak merasa kehilangan.
"Dimungkinkan mereka adalah keluarga, sehingha tidak ada pelapornya," kata di Posko Bencana Polda Banten, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahad (30/12).
Menurutnya, hingga saat ini kondisi jenazah masih baik dan utuh. Jenazah yang belum teridentifikasi disimpan di lemari pendingin (cooler container), sehingga tidak cepat membusuk. Ia menilai, secara fisik jenazah masih dapat dikenali keluarga.
"Kita terus mensosialisasikan ciri-ciri fisik. Saya harap mereka (keluarga) dapat hadir," ujarnya.
Nariyana menambahkan, umumnya jenazah yang belum teridentifikasi meninggal dengan mengenakan pakaian. Menurut dia, itu akan sangat membantu bagi keluarga mengenali korban. Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada keputusan untuk menguburkan jenazah yang tak teridentifikasi secara massal. Menurut dia, keputusan itu akan diambil berdasarkan kebijakan pemerintah daerah.
"Nanti akan ditentukan akan dikuburkan massal atau bagaimana," ucapnya.
Meski begitu, ia mengatakan, Tim DVI Polda Banten telah mengambil sampel DNA dari semua jenazah. Jika ada penguburan massal, kata dia, pihak kepolisian dapat memberi tahu lokasi pemakaman kepada keluarga ketika ada keluarga korban yang menanyakan. Hingga Ahad (30/12), sebangam 249 jenazah yang ditangangi Tim DVI Polda Banten. Sebanyak 241 jenazah sudah berhasil terindentifikasi dan diambil oleh pihak keluarga.