Sabtu 29 Dec 2018 19:24 WIB

Warga Telukbetung Memilih Tetap Mengungsi di Kantor Gubernur

Status Siaga Gunung Anak Krakatau membuat warga takut kembali ke rumah.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andri Saubani
Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Lampung Selatan, Jumat (28/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Lampung Selatan, Jumat (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sejumlah warga yang menetap di pesisir Teluk Lampung lebih memilih mengungsi ke Kantor Gubernur Lampung dan juga Masjid Agung Al-Furqon, dibandingkan kembali ke rumahnya di Telukbetung. Belum kembalinya warga Telukbetung tersebut, setelah meningkatnya status Gunung Anak Krakatau (GAK) menjadi Siaga (Level III).

Warga yang mengungsi ke Kantor Gubernur Lampung berasal dari Kampung Gudang Lelang, kawasan Telukbetung. Kampung tersebut berada persis di pesisir Teluk Lampung. Selain itu, warga dari Sukaraja, yang juga pemukiman padat di bibir pantai teluk tersebut, juga mengungsi ke Masjid Agung Al-Furqon. Warga tersebut mengungsi sejak kejadian bencana gelombang tsunami pada Sabtu (22/12) malam.

“Kami masih tetap menginap di kantor gubernur. Kami tidak berani pulang tidur di rumah, khawatir malam-malam air naik lagi, kami tidak siap mengungsi,” tutur Lukman, warga Kampung Gudang Lelang saat ditemui Republika.co.id, Sabtu (29/12).

Ia dan keluarganya sejak hari malam pertama kejadian tsunami sudah mengungsi ke kantor gubernur. Selama di pengungsian, mereka hanya menumpang menginap pada malam hari, sedangkan siang harinya Lukman pulang ke rumah menjagai rumahnya.

“Saya siang pulang, dan bawa bekal dari rumah untuk keluarga yang mengunsi,” ujarnya.

Hasan, juga tidak lagi berdagang di Kampung Gudang Lelang. Kejadian malam itu, ia sempat meninggalkan gerobak dagangannya dan menyelamatkan diri bersama keluarga naik ke tempat tinggi, hingga menuju Masjid Agung Al-Furqon. Banyak warga yang mengungsi ke masjid terbesar di Kota Bandar Lampung tersebut, karena datarannya tinggi.

“Malam itu, kami tidak lagi memikirkan rumah dan dagangan. Kami berangkat bersama keluarga mengungsi jalan kaki naik ke masjid. Soalnya air laut sudah naik ke rumah tidak seperti biasanya,” ujarnya.

Meski Kampung Gudang Lelang dan pemukiman penduduk di Sukaraja tidak mengalami dampak kerusakan parah tsunami seperti di pesisir Kabupaten Lampung Selatan, warga masih khawatir terjadi gelombang tsunami susulan, dan warga tidak siap mengungsi lagi. Kondisi yang sama dialami warga di Desa Hanura dan Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Mendengar informasi GAK mengalami peningkatan status, setiap malam warga mengungsi ke tempat yang tinggi, juga khawatir terjadi tsunami susulan.

“Informasinya dari aparat Gunung Anak Krakatau masih aktif gempa dan letusannya. Jadi warga banyak yang mengungsi. Jaga-jaga kalau memang terjadi tsunami susulan,” kata Rudi Djunaedi saat dihubungi Republika, Sabtu (29/12).

Warga yang bermukim di pesisir Teluk Lampung tersebut malam hari mengungsi ke dataran tinggi Taman Hutan Rakyat Wan Abdurrahman. Malam hari mereka membawa bekal untuk bermalam, sedangkan siang hari mereka kembali ke rumahnya kembali dan beraktivita sehari-hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement