REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Meski status Gunung Anak Krakatau (GAK) dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III), ratusan warga Pulau Sebesi yang berdekatan dengan GAK belum mau mengungsi keluar pulau, Jumat (28/12). Mereka lebih memilih menetap di tempatnya, untuk menjaga rumah dan kebun mereka.
Berdasarkan catatan Republika.co.id hingga Jumat (28/12), dari jumlah penduduk sebanyak 2.814 jiwa mendiami Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, sebanyak 2.032 orang sudah mengungsi ke Kalianda. Mereka diangkut empat kapal sejak Selasa (25/12) hingga Kamis (27/12) malam.
Mereka yang mengungsi didominasi perempuan dan anak-anak. Warga khawatir gelombang tsunami susulan akan terjadi lagi, sedangkan mengungsi di dataran tinggi pulau tersebut, khawatir tidak ada bantuan yang masuk ke pulau. “Kami lebih memilih meninggalkan rumah dan mengungsi ke Kalianda. Biar aman saja,” kata Wati, seorang ibu tiga anak yang mengungsi ke Kalianda gelombang ketiga.
Jarak Pulau Sebesi dengan GAK sekira 9,5 sampai 10 km, sedangkan jarak dengan Desa Canti, Rajabasa, Lampung Selatan hanya 15 km sampai 20 km. Dekatnya Pulau Sebesi dengan GAK, membuat warga pulau tersebut khawatir dan takut. Sejak kejadian tsunami Sabtu malam lalu, warga terkurung tiga malam di pulau, karena kesulitan keluar pulau tidak ada kapal berlayar lagi.
Tim Rescue Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung beranggotakan lima orang berangkat ke Pulau Sebesi bersama Basarnas, Jumat (28/12) siang. Mereka membawa bantuan pangan dan sandang. Tim membawa bantuan pangan dan sandang untuk persediaan warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi.
“Memang masih ada (warga Pulau Sebesi) yang belum mau diungsikan. Kami salurkan bantuan untuk mereka sembari melakukan negosiasi agar warga mau diajak mengungsi,” ujar Ketua Tim Rescue ACT Lampung Falerino.
Dermaga Canti di Rajabasa, Lampung Selatan tempat hilir mudik warga ke Pulau Sebesi, juga hancur diterpa tsunami.
Penjabat Kepala Desa Tejang, Kecamatan Kalianda, Pulau Sebesi, Sugeng menyatakan, tidak semua warga berhasil diungsikan. Masih tersisa warga yang ingin tinggal dan menetap bertahan di Pulau Sebesi. Menurut dia, jumlah penduduknya 2.814 jiwa, sebagian besar telah mengungsi dan masih ada yang bertahan atas permintaan sendiri.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lampung Selatan I Ketut Sukerta menyatakan, warga ada yang meminta diungsikan dan ada juga yang ingin tetap bertahan tinggal di pulau itu. Warga yang minta diungsikan langsung diangkut dengan kapal bantuan pemerintah hingga terakhir KRI Teluk Cirebo-543 yang mengangkut 432 orang.