REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak menujukan adanya perubahan permukaan laut. BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing oleh informasi-informasi tak bertanggungjawab.
"Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (28/12).
Rahmat menerangkan, hasil monitoring pada beberapa stasiun pasang surut (tide gauge) milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di sekitar Selat Sunda menunjukkan tidak ada catatan perubahan muka air laut atau tsunami. Sehingga terangnya, adanya aktivitas seismik di zona Gunung Anak Krakatau ini tidak berpotensi tsunami.
"Aktivitas seismik ini memiliki magnitudo setara M=3,0 dengan Episenter terletak di Gunung Anak Krakatau, tepatnya pada koordinat 6,08 LS dan 105,41 BT pada kedalaman 1 km. Aktivitas seismik ini tidak berpotensi tsunami," tegasnya.
Rahmat menjabarkan, dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan bentuk gelombangnya (waveform), maka terlihat bahwa aktivitas seismik ini merupakan gempa dangkal. Yang diperkirakan terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Ia juga menambahkan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ini tercatat oleh tujuh stasiun seismik milik BMKG di sekitar Selat Sunda. Yakni di Cigeulis (CGJI), Serang (SBJI), Sukabumi (SKJI), Muara Dua (MDSI), Cacaban (CNJI), Bungbulang (BBJI), dan Tanjung Pandan (TPI).