Rabu 26 Dec 2018 14:30 WIB

Berlokasi di Bibir Pantai, Kampung Ini tak Tergerus Tsunami

Saung-saung dari bilik bambu terlihat utuh.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Muhammad Hafil
Saung di bibir pantai tetap kokoh di Kampung Cipanon, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, Rabu (26/12).
Foto: Republika/Afrizal Rosikhul Ilmi
Saung di bibir pantai tetap kokoh di Kampung Cipanon, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, Rabu (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Kampung Cipanon menjadi salah satu kampung yang tak dihampiri ombak tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam lalu. Padahal, lokasi ini masih satu desa dengan Tanjung Lesung Resort di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Dan, lokasi Kampung Cipanon ini hanya berjarak 2,6 kilometer dari bibir pantai.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Rabu (26/12), banyak bangunan semi permanen berdindingkan bilik bambu yang berada di bibir pantai kampung ini masih utuh tegak berdiri. Imas Masliah (45 tahun) salah satu pemilik warung di pesisir pantai itu mengatakan kondisi kampung tempatnya membuka usaha ini selamat dari bencana tersebut. Meskipun, kata dia, warga sempat panik dan melarikan diri ke bukit yang berada di seberang pantai.

Baca Juga

"Kita semua panik, lari ke atas, gelap nggak ada lampu, kan di atas mah cuma kebun aja, hutan-hutan gitu," kata Imas di lokasi, Rabu (26/12).

Imas mengaku bertahan sampai pagi di tempat itu dalam gelap dan hujan bersama warga lainnya. Beruntung, ketika menengok warung rumah makannya, tak ada yang berubah sejak ia tinggalkan. "Nggak tahu kenapa, nggak naek airnya," kata Imas.

Sementara itu, Markasim ketua RW 05 Kampung Cipanon, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang mengatakan, entah sebab apa, kampungnya selalu aman dari bencana. "Alhamdulillah di sini mah," kata ketua RW yang menjabat sejak zaman presiden Soeharto itu.

Dia mengatakan, kepala desa setempat tidak ingin dirinya diturunkan. "Kata pak kades jangan diganti, biar saya aja yang jadi RW, katanya mah biar aman, nggak tahu saya juga kenapa," tuturnya saat ditemui di Masjid Nur-Assyfa, Kampung Cipanon tak jauh dari  bibir pantai.

Namun, Markasim mengatakan, dari 170 orang KK yang ada di RW 05, ada satu orang yang meninggal. Yaitu, Rahmah (55 tahun). Dia meninggal bukan karena terdampak tsunami tetapi karena kaget melihat banyaknya orang yang beramai-ramai lari ke arah rumahnya.

Meski demikian, Markasim menyatakan warga sampai sekarang masih mengungsi. Ini karena kekhawatiran akan munculnya tsunami yang bisa menerjang perkampungan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement