Selasa 25 Dec 2018 14:33 WIB

Komisi V: Jangan Sampai Kepentingan BMKG Diabaikan

Semua pihak diminta saling mengisi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan tsunami di perairan Selat Sunda disebabkan aktivitas Gunung Anak Krakatau pukul 21.03 WIB.
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan tsunami di perairan Selat Sunda disebabkan aktivitas Gunung Anak Krakatau pukul 21.03 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi V dari Fraksi Partai Golkar Ridwan Bae mengapresiasi pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk segera membeli alat pendeteksi dini tsunami. Meskipun pernyataan tersebut dinilai terlambat, namun setidaknya presiden menegaskan bahwa alat pendeteksi tsunami menjadi prioritas bagi BMKG agar kejadian yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu tidak kembali terjadi.

"Adanya perintah presiden sekarang, kita berharap bahwa semua yang terkait tidak hanya presiden dalam hal ini Menkeu, Bapenas, BMKG atau pun instansi terkait lainnya, harus saling mengisi, jangan sampai kepentingan BMKG itu diabaikan Menkeu karena sangat fatal, vital, kebutuhannya prioritas lagi," kata Ridwan saat dihubungi Republika. co.id, Selasa (25/12).

Ridwan mengatakan, BMKG dalam beberapa kali pertemuan dengan Komisi V kerap meminta anggaran untuk pengadaan alat pendeteksi dini tsunami tersebut. Namun hal itu menurutnya kerap tidak mendapat tanggapan yang baik dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Kalau di Komisi V kepala BMKG sudah beberapa kali menyampaikan itu," ujarnya.

Menurut Ridwan dari segi pendanaan negara siap, hanya saja kemampuan mencari prioritas inilah yang harus diutamakan. Kemampuan pemerintah, Menkeu, Bapenas dalam mengutamakan pembiyaan harus menjadi prioritas utama, sehingga seluruh pihak tidak kerepotan setelah bencana terjadi.

"Kalau terjadi gini baru serius orang, harusnya kan alat deteksi itu adalah pencegahan dini. Korban sudah berjatuhan, baru kita mulai berpikir,"

imbuhnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement