REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy, mengimbau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami. Tak adanya peringatan pada kejadian tsunami Sabtu (24/12) membuat warga tak bersiap.
Ia mengakui, tsunami yang terjadi di pesisir Banten dan Lampung disebabkan oleh kegiatan vulkanis, bukan gempa tektonik. Karena itu, tak ada sirine yang menyala sebelum tsunami datang.
Namun, kata Andika, peristiwa tersebut harus dapat dijadikan pelajaran agar tak terulang di kemudian hari. Ia berharap BMKG dapat memaksimalkan teknologi alat untuk dapat mengidentifikasi kejadian seperti tsunami Selat Sunda pada beberapa hari lalu.
''Ini agar masyarakat lebih tahu dan lebih waspada dalam menghadapi musibah seperti tsunami yang memang tidak didahului gempa bumi ini,'' kata Andika, Senin (24/12).
Menurut dia, kejadian yang baru kali pertama terjadi di Banten itu harus dapat dijadikan pelajaran. Ia menegaskan, ke depan pihaknya akan fokus memitigasi bencana tsunami akibat vulkanis agar bisa dideteksi lebih dini.
Ia mengklaim, selama ini pihaknya selalu melakukan mitigasi bencana. Dalam satu tahun, setidaknya disediakan anggaran sekirat Rp 40 miliar untuk pencegahan, sosialisasi, dan penanganan pascabencana.
Ia mengakui, anggaran itu belum maksimal. Namun, angka itu sudah disesuaikan dengan kemampuan daerah. ''Kita menyesuaikan anggaran yang kekuatan anggaran daerah kita, ini juga ditunjang oleh pusat,'' kata dia.
Andika mengatakan, pihaknya akan terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran mengenai mitigasi bencana. Ia juga akan mendorong wilayah-wilayah rawan bencana, baik itu banjir, gempa bumi, dan lainnya untuk lebih tanggap dalam menghadapi bencana, mulai dari deteksi diri dan cara evakuasi bencana.
Andika mengatakan, bencana memang sesuatu yang tidak bisa diketahui manusia secara pasti. Karena itu, ia mengimbau masyarakat sementara tetap waspada dan menjauhi pesisir yang menjadi titik wilayah yang dilanda bencana tsunami.