Senin 24 Dec 2018 23:11 WIB

BNPB: Hotel Harus Inisiatif Pasang Rute Evakuasi Bencana

Banyak hotel enggan memasang rute dengan alasan membuat pengunjung takut.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nur Aini
Sejumlah warga terdampak tsunami menyelamatkan barang berharganya di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Senin (24/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga terdampak tsunami menyelamatkan barang berharganya di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Senin (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan rute evakuasi seharusnya dipasang oleh hotel di kawasan Anyer. Hal itu untuk menanggapi kritik kurangnya rambu atau tanda rute evakuasi yang ada di kawasan wisata Pantai Anyer, Banten, yang juga terkena dampak tsunami Selat Sunda. Sehingga, wisatawan yang tengah berlibur di sana tidak tahu harus lari ke mana jika bencana alam terjadi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wisnu Widjaja, mengatakan BNPB sudah pernah mengadakan pelatihan kesiapsiagaan bencana di wilayah Anyer pada 2007. Sehingga, menurutnya, rambu atau rute evakuasi dipastikan sudah dipasang, hanya saja jumlahnya belum banyak. 

"Pasti sudah ada rambu-rambu evakuasi. Namun di setiap hotel mungkin belum tentu semua ada, karena itu seharusnya inisiatif hotel juga untuk memasang," kata Wisnu, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (24/12).

Ia mengatakan pemerintah harus memandang pengurangan resiko bencana termasuk pemasangan rute evakuasi sebagai investasi pembangunan. Sehingga, menurutnya, bukan hanya sekedar mengeluarkan anggaran, namun tujuannya untuk menjaga keselamatan masyarakat.

Selain pemerintah, Wisnu mengatakan perlunya kerja sama dari masyarakat setempat dan lembaga usaha. Menurutnya, diperlukan inisiatif dari pihak swasta seperti hotel-hotel di tempat wisata untuk menerapkan atau memasang rambu atau rute evakuasi. Pasalnya, tidak sedikit pihak-pihak yang menganggap rute evakuasi dapat membuat wisatawan takut. Bahkan, rambu atau rute evakuasi banyak tidak dipasang secara mencolok dan terkesan disembunyikan.

Ia lantas menceritakan saat BNPB melakukan sosialisasi di Bali. Kala itu, menurutnya, masyarakat bahkan Bupati Badung di Bali menolak dilakukan pemasangan rambu-rambu evakuasi. Awalnya, mereka memandang hal itu dapat membuat wisatawan takut. Namun, pada akhirnya, infrastruktur kebencanaan seperti itu dirasa menjadi suatu kebutuhan.

"Masyarakat seperti paranoid jika rambu-rambu dan rute evakuasi dipasang. Padahal infrastruktur kebencanaan seperti itu sangat diperlukan pada saat bencana terjadi," ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan terdapat sertifikat bagi hotel yang dinyatakan siap menghadapi bencana. Hotel-hotel tersebut sudah memiliki manajemen penanganan bencana dan memasang rute serta cara evakuasi.

Ia menekankan perlunya sertifikat kesiapsiagaan bencana bagi hotel-hotel, terutama di daerah wisata yang rawan bencana. Menurutnya, sertifikat tersebut juga diperlukan untuk mengingatkan agar terus melakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana. Karena untuk mendapatkan kembali sertifikat, hotel harus diuji kembali akan kesiapsiagaan mereka menghadapi bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement