Senin 24 Dec 2018 14:40 WIB

Warga Desa Way Muli Butuh Alat Berat Cari Korban Tsunami

Sejauh ini baru dua alat berat yang datang ke lokasi kejadian Desa Muli.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Gita Amanda
Suasana kawasan pemukiman penduduk di desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan yang hancur akibat Tsunami, Ahad (23/12/2018).
Foto: Antara/Ardiansyah
Suasana kawasan pemukiman penduduk di desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan yang hancur akibat Tsunami, Ahad (23/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, KALIANDA -- Warga dibantu petugas dan relawan masih kesulitan untuk mencari korban yang hilang diduga tertimpa reruntuhan rumah saat kejadian gelombang tsunami menghantam rumah warga di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung pada Sabtu (22/12) malam lalu. Kendaraan alat berat sangat dibutuhkan untuk mengangkat reruntuhan batu dan kayu rumah.

“Kami masih berharap korban tertimpa ditemukan. Tapi, kami sulit karena batu-batu dan kayu bekas rumah roboh sangat banyak. Butuh ala berat,” tutur Muslih, warga Desa Way Muli saat ditemui Republika.co.id di lokasi kejadian, Senin (24/12).

Warga masih mencari korban-korban yang tertimpa reruntuhan dinding dan atap rumah, karena diduga tidak semua warga ketika kejadian dapat menyelamatkan diri atau mengungsi ke ke dataran tinggi malam itu. Warga berharap jasad korban dapat ditemukan, tapi secepatnya dapat bantuan alat berat ke desa tersebut.

Pemantauan Republika.co.id sepanjang Ahad (23/12) petang, baru dua alat berat yang datang ke lokasi kejadian Desa Muli yang berada sekitar 10 kilometer dari Kota Kalianda, Ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Arus kendaraan menuju Desa Way Muli, Desa Kunjur Kecamatan Kalianda masih belum bisa ditembus kendaraan, karena bekas reruntuhan rumah warga masih menutupi badan jalan.

Selain kendaraan alat berat, warga juga membutuhkan relawan dan aparat yang banyak, karena rumah yang runtuh di Desa Way Muli dan Desa Kuntjur bersebelahan rata dengan tanah tak bersisa dihantam gelombang tsunami Selat Sunda, Sabtu malam itu. Warga dan anggota keluarga pemilik rumah masih berada di pengungsian dataran tinggi Gunung Rajabasa. Perwakilan mereka hanya turun menjaga kawasan rumahnya yang runtuh.

Menurut Muslih, warga setempat, kejadian hantaman gelombang tsunami tersebut masih memungkinka banyak korban yang tidak selamat. Pasalnya, kondisi rumah warga yang berprofesi sebagai nelayan dan petani tersebut sangat rapat hingga rumanya berdiri persis di bibir pantai pesisir Selatan Kabupaten Lampung Selatan.

Dadang, anggota TNI AL bersama rekannya saat ditemui Republika.co.id juga membantu pencarian korban yang diduga masih tertimpa reruntuhan rumah. “Kami hanya bisa mengangkat batu rumah sedikit-sedikit untuk melihat kemungkinan ada korban yang tertimpa,” katanya.

Ia mendapat kabar dari warga masih ada anggota keluarga warga yang berdiam di bibir pantai tersebut tidak berada di pengungsian. Mereka berharap anggota keluarganya dapat selamat dn mengungsi ke tempat lain, atau juga dapat ditemukan jasadnya bila sudah meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement