Senin 24 Dec 2018 01:01 WIB

PDIP: Jateng Tetap Menjadi 'Kandang Merah'

Partai rakyat sejati atau wong cilik tidak bisa dipakai ciri khas partai lainnya.

Politikus PDIP, Aria Bima
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Politikus PDIP, Aria Bima

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan Jawa Tengah masih tetap menjadi "kandang  merah" atau partainya pada Pemilu anggota legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden 2019. Sebab, citra partai rakyat sejati atau wong cilik tidak bisa dipakai ciri khas partai lainnya.

"Saya yakin untuk PDIP di Jateng masih menjadi kandang warna merah, karena membangun citra (branding) partai rakyat sejati atau wong cilik itu, yang tidak bisa dipakai ciri khas partai lainnya," kata Aria Bima di Solo, Ahad (23/12). 

Aria Bima, yang kini mencalonkan lagi yang keempat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 itu menjelaskan, Jateng tetap menjadi basis, distribusi, dan kualitas kader PDIP yang relatif lebih merata. Hal ini yang mempunyai ciri khas dan strategi di masing-masing wilayah. 

"Sejelek-jeleknya seorang Aria Bima, di Dapil Jateng 5 calon anggota DPR RI, ada dukungan yang relatif permanen. Hal ini, juga sama dengan tokoh lain, seperti Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo, Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya, Bupati Boyolali Seno Samodro, juga sama mempunyai pola dukungan permanen," kata Aria Bima. 

Menurut Aria Bima, dukungan permanen tersebut nantinya akan diaplikasi dengan berbagai kegiatan pada saat dalam bentuk-bentuk kampanye.  Pada Pileg dan Pilpres di Jateng, kata Aria, akan menyumbang suara terbesar dalam persentase Pemilu mendatang.

Hal ini, karena "kandang merah" yang berkolaborasi dengan sabuk warna kuning, dan hijau, sangat menarik di Jateng. Sabuk Merah dan kuning mempunyai kekuatan-kekuatan yang relatif menyebar dan merata baik menyangkut ketokohan politisi, masyarakat, dan agama.

"Saya bisa memberikan argumentasi kenapa Pak Jokowi akan menang mutlak di Jateng, karena gerakan pemenangan Pilpres itu, 'base on community' atau tergantung komunitas. Hal ini, baik di sabuk merah, kuning maupun hijau, dan tidak berbasiskan sosial media," katanya.

Ia melihat mesin ormas, ketokohan, partai, dan caleg akan bekerja maksimal dan Pak Jokowi tidak banyak hambatan. "Tingkat ketidaksukaan terhadap Pak Jokowi di Indonesia ini terkecil ada di Jateng," katanya.

Kepuasan publik tentang kinerja Jokowi di Jateng di atas rata-rata nasional sekitar 71 hingga 72 persen. Jateng bisa mencapai sekitar 75 hingga 76 persen. "Kekuatan itu, diketahui oleh pasangan pak Prabowo-Sandiaga, kemudian responsnya begitu atraktif untuk memindahkan posko pemenangan di wilayah Jateng," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement