REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih teringat jelas kejadian Sabtu malam di benak Winna Ningrum (33 tahun). Malam itu, ia mendekap erat ketiga buah hatinya yang masih kecil.
Ketiga anaknya menangis dan menjerit ketakutan. Mereka sedang berada di Villa Mutiara, Carita, Banten bersama 15 orang anggota keluarganya. Rombongannya terdiri dari enam orang dewasa dan sembilan balit).
Sempat menikmati cuaca cerah di Pantai Carita, malam harinya keluarga besar Wina memilih berkumpul di dalam villa. Ombak sudah tinggi saat itu.
"Pada saat itu, kondisi langsung gelap gulita," ungkap Winna kepada Republika.co.id, Ahad (23/12).
Winna dan keluarga mencoba keluar kamar. Sesaat kemudian terdengar suara gemuruh.
Suami Winna, Oom Gumilar, melihat ombak tinggi datang. Mereka pun kembali ke dalam villa untuk menyelamatkan buah hatinya.
Keluarga besar Winna pun masuk di satu kamar. Mereka saling pegangan. Anak-anak semua menjerit.
"Kaki ini terasa lemas, tidak bisa berdiri. Saya hanya bisa berzikir, takbir, istikhfar sambil memeluk anak-anak. Berpasrah diri kemungkinan paling buruk terjadi. Allahu akbar," ujarnya dengan nada gemetar.
Saat air deras menyeruak ke dalam, Winna dan keluarga besarnya berusaha keluar villa. Tempat mereka menginap memang masih kokoh berdiri, namun di luar villa, kondisi sudah porak-poranda.
Malam itu juga Winna dan keluarga dievakuasi oleh keluarganya yang tinggal di Serang, Banten. Kini mereka sudah kembali ke rumahnya di kawasan Bumi Serpong Damai.
"Alhamdulillah Allah masih melindungi saya dan keluarga. Padahal, cottage-nya di pinggir pantai dan bangunan di kanan-kiri penginapan roboh dihantam air," ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatoligi, dan Geofisika (BMKG) telah memastikan gelombang tinggi di Anyer adalah tsunami. Tipe pola gelombang tsunami sama seperti bencana di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Ahad (23/12) dini hari WIB.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan korban tsunami di Selat Sunda hingga Ahad (23/12) sore terus bertambah. Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Ahad (23/12) pukul 16.00 WIB, tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.
"Korban tsunami dipastikan tidak ada korban warga negara asing. Semua warga Indonesia," kata Sutopo dalam keterangannya, Ahad sore.