Ahad 23 Dec 2018 19:16 WIB

Warga Dukung Pelican Crossing Terus Beroperasi

Pemprov DKI menyediakan pelican crossing selama perbaikan jembatan penyeberangan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Pelican crossing atau penyeberangan swakendali di Tosari, Jakarta.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Pelican crossing atau penyeberangan swakendali di Tosari, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga berharap pelican crossing atau penyeberangan swakendali tetap beroperasi meski jembatan penyeberangan orang sudah beroperasi. Penyeberangan swakendali lebih memudahkan menyeberang ketika hendak menggunakan moda transportasi bus Transjakarta.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang merevitalisasi sejumlah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Di antaranya jembatan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, terdiri dari JPO Bundaran Senayan, JPO Gelora Bung Karno, dan JPO Polda Metro Jaya. 

Ketiga JPO itu terhubung dengan halte bus Transjakarta. Selama pembangunan jembatan, Pemprov DKI menyediakan fasilitas pelican crossing atau penyeberangan swakendali bagi pejalan kaki yang akan menyeberang. Termasuk mereka yang akan menggunakan moda transportasi bus Transjakarta.

Menurut Minarsih (53 tahun), warga yang bekerja di Senayan Trade Center (STC), penyeberangan swakendali lebih mudah diakses dibandingkan JPO. Ia setiap hari turun di Halte Busway Bundaran Senayan untuk sampai ke tempat kerjanya. 

Jika menggunakan JPO, ia mengatakan, harus memutar dan mengerahkan tenaga lebih. "Cuma kalau aku lebih senang di sini (pelican crossing), aku enggak terlalu capek. Karena aku kalau ini (JPO) kayak harus muter gitu, kalau ini (pelican crossing) langsung saja, seusia saya kan kalau jalan jauh agak naik gitu berasa," ujar Minarsih kepada Republika di sekitar Bundaran Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (23/12).

photo
Pekerja menyelesaikan pembangunan 'pelican crossing' di Tosari, Jakarta. (ANTARA)

Minarsih berharap ketika JPO Bundaran Senayan sudah rampung dan dioperasikan, penyeberangan swakendali tetap bisa digunakan. Sementara hal lain diutarakan Ari (44) dan Erna (36). Ditemui di lokasi yang sama, mereka mengaku lebih aman menggunakan JPO dibandingkan dengan penyeberangan swakendali

"Saya sih lebih aman JPO ya. Enggak apa-apa harus ngeluarin tenaga juga hitung-hitung olahraga biar sehat," kata Erna yang juga disetujui Ari.

Namun, Erna dan Ari mengatakan, baik JPO maupun penyeberangan swakendali dapat dioperasikan. Menurut Ari, keduanya bisa digunakan sesuai kebutuhan setiap orang masing-masing. Apabila ingin ke Halte Busway Bundaran Senayan, Ari menyebut, masyarakat akan memilih penyeberangan swakendali karena dianggap lebih efisien.

"Tergantung kebutuhan kita sih, jaraknya mau ke mana yang kita tuju. Kalau cuma ke halte lebih simpel lewat bawah. Tetapi harusnya bisa digunain dua-duanya," kata Ari.

photo
Sejumlah warga menyeberangi pelican crossing menggunakan payung saat hujan di Jakarta, Selasa (27/11). (ANTARA)

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko menjelaskan, pihaknya berupaya mengakomodasi semua pengguna jalan dengan dibangunnya JPO maupun penyeberangan swakendali. Menurut dia, antusiasme masyarakat menggunakan penyeberangan swakendali cukup tinggi.

"Sejauh ini animo masyarakat sangat tinggi, sangat besar," ujar Sigit di Pantai Maju, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara kepada Republika, Ahad.

Ia memastikan, target Pemprov DKI untuk menyelesaikan semua pembangunan JPO akan rampung pada 28 Desember. Sigit mengatakan, ketika malam pergantian tahun baru, ada fasilitas baru ataupun ikon baru Jakarta yang bisa digunakan masyarakat.

"Kami kan punya target-target seperti semuanya itu dipastikan bahwa 28 Desember selesai. Tidak hanya sebagau sarana mobilitas tetapi mungkin juga bisa menjadi sarana yang lain. Jadi ada penambahan khazanah barulah untuk Jakarta," jelas dia.

Sementara untuk pengoperasian penyeberangan swakendali yang menggantikan JPO Tosari, menurut Sigit, tidak menimbulkan kepadatan lalu lintas. Dishub berupaya mengatur sedemikian rupa agar lalu lintas di sekitar Tosari tetap lancar.

Ia juga mengatakan, Dishub mengerahkan petugas selama pengerjaan pembongkaran JPO Tosari. "Kayak yang di Tosari itu dari yg arah Bundaran Hotel Indonesia menuju ke Sudirman itu kami bikin dia tidak manual tetapo independen dengan fase lampu merah yang ada di Bundaran HI, sehingga pada saat di sini merah, di sana juga merah," kata dia.

photo
Warga melintas di samping lift halte busway Tosari yang rusak di Jalan MH Thamrin, Menteng Jakarta Pusat, Jumat (17/11).

Sigit menambahkan, Dishub menerima masukan atau pertimbangan dari masyarakat terkait pengoperasian penyeberangan swakendali. Ia mengatakan, ada sebagian pihak yang merasa jarak penyeberangan swakendali lebih jauh dari JPO Tosari yang saat ini dibongkar.

Ia menyebut, sebagian masyarakat itu menggunakan JPO sebelumnya untuk menyeberang maupun berpindah moda transportasi. Mereka keluar dari Stasiun Sudirman kemudian akan melanjutkan perjalanan menggunakan bus Transjakarta melalui Halte Busway Tosari.

"Angkutan tuh harus terintegrasi menjadi satu kunci yang utama, kunci integrasi ini kan tentunya bagaimana kami meredesain layanan ini untuk bisa meluaskan coverage maupun juga kepastian layanannya," jelas dia.

Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Daud Joseph mengatakan, pada Ahad (23/12) Halte Busway Tosari melayani dengan normal koridor 1 Blok M-Kota. Ia mengatakan, halte tersebut melayani naik turun penumpang kedua arah baik yang menuju Blok M maupun Kota dan tidak ada pengalihan arus lalu lintas.

Daud juga mengatakan, selama pembongkaran JPO Tosari, kemungkinan juga Halte Tosari tidak menaikturunkan penumpang dari kedua arah. Serta memberlalukan pengalihan lalu lintas jika memang diperlukan sesuai standar operasional dari pengerjaan proyek pembongkaran tersebut.

"Situasional sesuai kebutuhan K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan) dari proses pembongkaran JPO," kata Joseph.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement