Ahad 23 Dec 2018 07:05 WIB

BMKG Jelaskan Penghapusan Twit Soal Gelombang Pasang

BMKG menyatakan kicauan yang dihapus tidak salah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
Kicauan BMKG soal gelombang pasang Anyer yang ditangkap ulang netizen.
Foto: Twitter
Kicauan BMKG soal gelombang pasang Anyer yang ditangkap ulang netizen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penghapusan kicauan Twitter lembaga tersebut ihwal gelombang naik di Anyer. BMKG mengatakan pencabutan informasi itu disebabkan adanya pembaruan data-data.

“(Kicauan awal) itu berdasarkan data yang diperoleh saat itu. Jadi setiap kami memberikan rilis itu harus berdasarkan data,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Ahad (23/12).

Dia menjelaskan kicauan awal tersebut belum ada data dan informasi adanya tremor Gunung Anak Krakatau. Informasi tremor baru masuk setelah data seismik vulkanik keluar.

Menurut dia, kicauan awal tersebut tidak salah. Sebab, peristiwa itu tidak hanya tsunami saja, tetapi ada fenomena gelombang tinggi yang sudah diinformasikan terjadi pada 21-25 Desember.

“Jadi isu utamanya sebetulnya dari mulai 21-25 Desember itu adalah peringatan dini gelombang tinggi. Namun di dalam periode itu, diduga terjadi penguatan erupsi lagi dan erupsi yang terakhir pukul 21.03 WIB itu kuat,” ujar dia.

Erupsi tersebut, dia mengatakan telah merusak peralatan Badan Geologi Kementerian ESDM. Hal itu menyebabkan Badan Geologi kehilangan data dan informasi lokasi di sana.

“Dan itulah yang menyebabkan kita pun tak dapat informasi. Karena kita yang punya alat saja juga rusak masih mencari-cari,” kata Dwi.

Saat ini, tim di lapangan masih mengumpulkan informasi. Kemudian, tim langsung mengecek ke lokasi pada Ahad pagi. Dia mengatakan apabila negara tidak segera mengeluarkan informasi itu, artinya negara tidak hadir.

“Jadi poinnya, kami harus selalu hadir di kala masyarakat cemas, kacau, berbekal data yang ada saat itu. Namun data itu harus diupdate,” ujar dia.

Dwi menegaskan kicauan awal BMKG tidak dihapus, tetapi hanya dilengkapi dengan data lebih baru.

Baca: BMKG: Jauhi Kawasan Pantai Selat Sunda Lampung dan Banten

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement