Ahad 23 Dec 2018 05:52 WIB

Bupati Pandeglang: 23 Meninggal Akibat Tsunami Selat Sunda

BMKG telah memastikan, gelombang tinggi di Selat Sunda adalah tsunami.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andri Saubani
Bangunan warung hancur di tepi jalan raya Anyer, Sabtu (22/12). Sekitar pukul 21.45 gelombang ombak pasang menerpa Pantai Anyer, Banten.
Foto: Indira R
Bangunan warung hancur di tepi jalan raya Anyer, Sabtu (22/12). Sekitar pukul 21.45 gelombang ombak pasang menerpa Pantai Anyer, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bupati Pandeglang Irna Narulita mengumumkan sebanyak 23 orang meninggal dan 288 orang mengalami luka-luka akibat tsunami di perairan Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun telah memastikan bahwa gelombang tinggi di Selat Sunda semalam adalah tsunami.

"Baru 23 orang meninggal, 288 terdata luka-luka,” kata Irna dikutip dari wawancara dengan TVOne, Ahad (23/12).

Saat ini, Irna mengatakan tim dari TNI, Polri, Tagana, dan relawan lainnya sedang bergerak mengevakusi korban. Namun, tim mengalami kendala akibat hujan deras. Dia mengatakan sudah ada alat-alat berat di sejumlah lokasi, seperti ada lima eskavator, lima alat berat, mobil bak terbuka.

Berdasarkan laporan petugas di lapangan, Irna mengatakan, warga membutuhkan selimut, makanan ringan, dan persediaan yang ada. Dia terus mengupayakan melayani korban bencana.

"Yang paling dibutuhkan selimut, pakaian kering, dan makanan," ujar dia.

Baca juga: BMKG: Tsunami Anyer Disebabkan Fenomena Alam Ganda

Dia mengatakan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) setempat segera mendirikan dapur umum untuk para korban. Sebab, banyak korban yang menyelamatkan diri tanpa membawa barang bawaan apa pun.

Kapolres Pandeglang AKBP Indra Lutrianto Amstono mengatakan, kondisi hujan lebat menjadi kendala evakuasi korban di lapangan. Saat ini, dia memberikan instruksi pada polsek untuk bekerja sama Muspika, seluruh camat, puskesmas untuk bergeser ke kecmatan yang butuh bantuan atau terdampak tsunami.

"Kita kerja keroyokan sama-sama, baik evakusi atau bantu warga,” kata Indra.

BMKG memperkirakan masih akan ada tsunami susulan terjadi di perairan Selat Sunda. Sebab, BMKG tidak bisa memprediksi sampai kapan aktivitas Gunung Anak Krakatau berhenti.

“Masih akan ada tsunami susulan. Tremor, guncang lereng Gunung Anak Krakatau, kalau itu rontok akan terjadi (tsunami lagi),” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Dengan kondisi ketidakpastian tersebut, dia mengimbau masyarakat jangan kembali ke pantai dahulu. Sebab, berdasarkan papan pengukuran (tide gauge), saat ini tremor masih berjalan.

"Jangan kembali sampai ada perkembangan informasi bencana selanjutnya," ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement