Ahad 23 Dec 2018 01:24 WIB

Bukan Tsunami, Warga di Teluk Lampung Kembali ke Rumah

Warga sempat panik setelah gelombang pasang akibatkan naiknya air laut.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andri Saubani
Bangunan warung hancur di tepi jalan raya Anyer, Sabtu (22/12). Sekitar pukul 21.45 gelombang ombak pasang menerpa Pantai Anyer, Banten. Gelombang tinggi air laut juga terjadi di Pesisir Lampung.
Foto: Indira R
Bangunan warung hancur di tepi jalan raya Anyer, Sabtu (22/12). Sekitar pukul 21.45 gelombang ombak pasang menerpa Pantai Anyer, Banten. Gelombang tinggi air laut juga terjadi di Pesisir Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Setelah mengetahui air laut naik mendadak tersebut bukan gelombang tsunami, warga yang bermukim di bibir pantai Teluk Lampung, kawasan Desa Hanura dan Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung, mulai tenang dan kembali ke rumah masing-masing, Ahad (24/12) dini hari.

“Sekarang warga sudah mulai tenang dan berangsur-angsur mulai balik ke rumanya. Warga sudah tahu bukan tsunami,” kata Rudi Djunaedi, warga Desa Hanura kepada Republika.co.id, Ahad (24/12) pukul 00.10 WIB.

Warga cemas, panik, dan khawatir air laut naik secara mendadak pada malam hari dan masuk rumah setinggi betis orang dewasa, pertanda akan ada gelombang tsunami. Warga langsung keluar rumah dan mencari tempat tinggi dan aman.

“Sebelumnya, warga panik berlari-lari bawa anak dan perabotan penting. Mereka takut tsunami sebentar lagi,” tutur Rudi,

Menurut dia, warga sekitar bibir pantai perairan Teluk Lampung sibuk mencari tempat yang tinggi dan aman, karena ketinggian air laut yang naik ke daratan dan masuk rumahnya tidak biasanya. Sebelumnya, memang sejak Sabtu pagi hingga petang hari hujan membasahi wilayah dan daerah di Lampung.

Edi, warga lainnya, menyatakan warga telah mengetahui informasi air laut naik setelah beredar keterangan dari BMKG di media sosial yang menyatakan bahwa bukan gelombang tsunami. Saat itu, warga mulai reda dari panik dan rasa khawatirnya.

“Untunglah listrik tidak padam, dan telepon seluler masih bisa digunakan. Jadi informasinya lancar dan cepat,” ujarnya.

Sebelumnya, warga yang bermukim di kawasan pesisir Teluk Lampung tiba-tiba panik, karena air laut mulai naik ke daratan dengan cepat dan tinggi tidak seperti biasanya pada Sabtu (23/12) pukul 22.45 WIB. Warga terpaksa mengungsi ke tempat tinggi, khawatir terjadi gelombang tsunami.

Hal yang sama kepanikan terjadi pada warga Telubetung dan Kotakarang, Bandar Lampung. Kampung nelayan tersebut juga panik karena air laut naik ke daratan yang tidak biasanya hingga masuk ke rumah warga.

Pemukiman warga yang dekat dengan bibir pantai perairan Teluk Lampung tersebut sudah terendam air laut. Warga Kotakarang juga mengungsi ke tempat yang tinggi dan aman. Mereka juga khawatir akan terjadi gelombang tsunami.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Panjang Lampung menyatakan fenomena air laut naik kedaratan tersebut fenomena umum yaitu pasang surut maksimum. “Perlu BMKG sampaikan saat ini ada fenomena umum yaitu pasang surut maksimum, ini disebabkan karena adanya siklus astronomi tahunan seperti biasa,” kata Kepala BMKG Maritim Panjang Lampung Sugiono kepada Republika.co.id di Bandar Lampung, Sabtu (23/12) pukul 23.18 WIB.

Ia berharap masyarakat tidak perlu khawatir dan cemat, karena hal tersebut fenomena umum yang terjadi tahunan. “Artinya ini adalah gejala normal, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadinya tsunami,” ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement