REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informasi optimistis konstruksi fisik Palapa Ring Paket Timur tuntas pada Maret 2019.
Direktur Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah BAKTI, Danny Januar pada kegiatan bertajuk BAKTI Jelajah Daerah 3T menuju Merdeka Sinyal di Manokwari, Jumat, mengatakan, saat ini progres pembangunan fisik Palapa Ring Paket Timur sudah mencapai 87,03 persen. Ia yakin 13 persen sisa pemasangan kabel optik tersebut tuntas pada qurtal pertama tahun 2019.
Program Palapa Ring Paket Timur meliputi wilayah Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat dan Maluku. Program ini akan membuka dan memperkuat jaringan telekomunikasi di 35 kabupaten-kota dari Kota Baa di Rote Ndao, NTT hingga ke Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
“Paket Timur ini paling menantang dibandingkan dua paket lain. Namun, kami optimistis dapat memenuhi target penyelesaian. Untuk itu, BAKTI proaktif berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memenuhi target tersebut,”sebut Danny.
Ia menyebutkan, total panjang paket ini 6.878 kilo meter terdiri dari 4.452 km jaringan laut, 2.452 km jaringan darat serta microwave sebanyak 59 hops. Paling panjang dan menantang, sekaligus membutuhkan dana paling besar.
Kendala yang dihadapi dalam menggelar kabel serat optik palapa ring di darat, lanjut Danny, banyak bersinggungan dengan proyek pembangunan infrastruktur lainnya. Ditambah adanya permasalahan keamanan di salah satu kabupaten lokasi pembangunan.
Tantangan lain pada program ini izin lingkungan pada area konservasi yang belum terbit di Laut Sawu, Selat Pantar, Taman Nasional Lorentz, dan Teluk Cendrawasih.
"Kendala lain, ada keterbatasan penyediaan helikopter yang memiliki kemampuan external load untuk pengangkutan material tower dan microwave untuk pembangunan jaringan palapa ring di daerah pegunungan," tuturnya.
Di Papua Barat, ujarnya, terdapat tujuh kabupaten/kota yang akan terhubung serat optik yakni dari Terminabuan, Kabupaten Sorong Selatan, hingga Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Proyek Palapa Ring merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun ketersediaan layanan jaringan serat optik sebagai tulang punggung bagi sistem telekomunikasi nasional untuk menghubungkan seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Proyek ini pernah terhenti sejak 10 tahun lalu untuk mendapatkan struktur yang tepat dalam pelaksanannya. Tantangan dari proyek ini adalah membangun infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik nasional di daerah-daerah nonkomersial demi pemerataan akses pitalebar (broadband) di Indonesia.
Proyek Palapa Ring merupakan proyek Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) pertama dalam sektor telekomunikasi dengan menerapkan skema pembayaran ketersediaan layanan atau Availability Payment (AP).
Skema Availability Payment diprakarsai oleh Kementerian Keuangan dan sumber dana Availability Payment berasal dari dana kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service Obligation (USO).
Melalui program ini, masyarakat di seluruh wilayah Timur bisa segera menikmati kecepatan akses data yang lebih merata.