Jumat 21 Dec 2018 22:01 WIB

Upaya Lombok Barat Entaskan Kemiskinan Lewat Garam Rakyat

Semua petambak garam telah dibantu Pemkab Lombok Barat agar seusai SNI

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani melakukan panen garam (ilustrasi)
Foto: Saiful Bahri/Antara
Petani melakukan panen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dengan kondisi wilayah di bidang kelautan yang cukup menguntungkan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat ingin memaksimalkan potensi alam yang dimilikinya. 

Tidak hanya dengan potensi ikan, rumput laut, pantai, dan alam bawah laut yang sudah digarap optimal dalam enpat tahun terakhir,  potensi garam yang dikelola langsung oleh masyarakat juga sudah mulai digarap. 

"Di beberapa titik lokasi di dua kecamatan, pengolahan garam sudah ada dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Sayang sebagiannya karena masih tradisional, belum mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lombok Barat, Subandi, Kamis (20/12).

Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Lombok pada Jumat (21/12), Subandi mengaku telah memberdayakan para petambak garam tradisional dalam wadah kelompok di mana Pemkab Lombok Barat membina mereka dalam wadah program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar).

 

"Saat ini kita baru membina dua kelompok petambak garam yang sudah menggunakan geoisolator. Sisanya 31 kelompok masih menggunakan sistem rebus," kata Subandi.

Dalam dua kelompok geoisolator, terdapat 48 petambak aktif, sedangkan untuk petambak rebus sedikitnya sebanyak 91 orang dan tersebar di lima desa. Angka tersebut, menurut Subandi, belum termasuk pemilik lahan. 

"Mereka sangat bergantung pada produksi dan penjualan untuk menunjang perekonomian mereka. Saat ini semua petambak garam itu telah dibantu pemkab Kita bantu mereka dalam control quality agar sesuai dengan SNI dan kesehatan, serta memfasilitasi mereka untuk penjualannya," ucap Subandi.

Dia menyebutkan produksi garam pada 2017 baru mencapai 298,75 ton. Sedangkan untuk 2018, sampai pekan kedua Desember sudah meningkat menjadi 304,34 ton. 

Salah seorang petambak garam dari Dusun Madak Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Mahyudin, mengaku sangat terbantu dengan pendampingan dari Pemkab Lombok Barat.

"Saya bersama 10 orang menambak dengan sistem geoisolator. Saat produksi kemaren, kami bisa memperoleh 600 karung garam dengan harga jual 125 ribu per karung," kata Mahyudin. 

Pria yang mengelola sekira lima hektar lahan ini mengaku bisa membagi keuntungan hingga Rp 5 juta kepada anggota kelompoknya dalam satu kali penjualan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lombok Barat, Baehaqi, mengatakan pugar akan mampu mengurangi paling sedikit 350 KK dari garis kemiskinan. 

"Kita tidak hanya membantu produksi dan brandingnya, tapi penjualannya. Kita sudah membuat Perbup agar ASN membeli garam mereka. Saat ini kita malah tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut," kata Baehaqi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement