Senin 17 Dec 2018 19:48 WIB

198 Unit Rumah Terbangun Pascagempa NTB

Metode Risha paling diminati oleh korban gempa.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi pembangunan rumah hunian sementara untuk korban gempa di Lombok.
Foto: Dok. Istimewa
Ilustrasi pembangunan rumah hunian sementara untuk korban gempa di Lombok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga 15 Desember 2018, sejumlah 198 unit rumah telah terbangun pascagempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan beberapa pendekatan yang diminati oleh para korban.

"Sebanyak 198 unit rumah telah terbangun," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (17/12).

Ia menambahkan, sejauh ini rumah yang dibangun menggunakan metode Rumah Instan Sederhana Sehat (risha), Rumah Instan Sederhana Konvensional (Riko), Rumah Instan Sederhana Kayu (Rika), dan RCI. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Satuan Tugas Tahap Rekonstruksi dan Rehabilitasi (15/12), 2.910 unit rumah sedang dibangun dengan beberapa metode tadi. Jumlah terbanyak yang sedang dibangun yaitu dengan metode risha sejumlah 1.582 unit, dengan rincian risha 1.582 unit, riko 890, rika 430, dan RCI delapan. Proses pembangunan tersebut tersebar di seluruh wilayah NTB.

Menurut Posko, peminat tertinggi untuk metode rumah instan sederhana sehat (Risha) dengan jumlah 6.917 keluarga (KK), disusul dengan rumah konvensional (Riko) 4.438 KK, rumah kayu (rika) 2.596 KK. Sementara untuk rumah Cetak Raswari Indonesia (RCI) hanya 43 KK.

Pemerintah membentuk kelompok masyarakat (pokmas) selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa. Meskipun telah terbentuk pokmas, beberapa tantangan terjadi di lapangan sehingga menghambat proses rekonstruksi fisik pembangunan rumah. Beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya tenaga kerja lapangan, lambatnya pembentukan pokmas dan proses verifikasi data, lambatnya pengadaan dan distribusi material bangunan, serta kepercayaan masyarakat terhadap fasilitator. Hingga 15 Desember 2018, ia menyebut sebanyak 1.681 kelompok masyarakat (pokmas) yang terdiri atas 19.997 KK telah terbentuk.

Sejalan dengan pembangunan rumah warga terdampak, pemerintah telah membangun hunian sementara (huntara) di sejumlah titik di NTB. Huntara terbangun berjumlah total 11.510 unit. Data kerusakan rumah pascagempa di NTB sejumlah 216.219 unit dengan rincian rusak berat 75.138 unit, rusak sedang 33.075, dan rusak ringan 108.006.

Pemerintah pusat dan daerah telah memetakan kebutuhan pemulihan pascagempa di NTB. Total kebutuhan pembiayaan pemulihan di sektor perumahan, infrastruktur, sosial, ekonomi produktif dan sektor lintas mencapai Rp 12 triliun. Hingga saat ini BNPB telah memberikan stimulan perbaikan rumah sebesar Rp 1,54 triliun kepada masyarakat yang rumahnya rusak. BNPB berjanji akan memberikan bantuan stimulan perbaikan rumah sesuai kebutuhan yang ditetapkan Pemda. Pemulihan rumah ditargetkan selesai pada Maret 2019 di semua sektor sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement