Kamis 13 Dec 2018 06:19 WIB

Menengok Perjalanan Singkat Basoeki Abdullah

Museum juga memajang senapan yang digunakan perampok untuk membunuh Basoeki

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Pengunjung melihat pameran komik dan ilustrasi di Museum Basoeki Abdullah, Cilandak, Jakarta, Ahad (21/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung melihat pameran komik dan ilustrasi di Museum Basoeki Abdullah, Cilandak, Jakarta, Ahad (21/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga orang anak kecil mengendarai sepedanya masing-masing menuju sebuah tempat di bawah terik matahari pada Rabu (5/12). Mereka berhenti mengayuh sepeda itu tepat di depan bangunan yang bertuliskan Museum Basoeki Abdullah. Setelah memarkirkan sepedanya, mereka langsung memasuki pintu museum.

Di balik pintu museum itu, sudah ada staf dan juga pemandu Museum Basoeki Abdullah. Ketiga anak tadi mengeluarkan uang recehan masing-masing sebesar Rp 2.000 untuk membeli tiket masuk museum. Ketika tiket sudah berada di tangan, tak ragu mereka mulai mengelilingi museum seni itu.

Salah satu anak yang paling tinggi Bintang Nurhidayat (10 tahun) mengajak kedua temannya Zaidan Syahfahri (8 tahun) dan Azril Fatan (9 tahun) untuk langsung naik tangga menuju lantai dua. Mereka mendatangi ruang pamer yang memajang aneka aksesoris dan perlengkapan tari dan wayang orang. Di sudut ruangan terdapat beberapa koleksi wayang kulit asli milik Basoeki.

Ketika ditanya Republika, mereka kompak menjawab ruang berisi wayang itu merupakan koleksi museum yang paling menarik. Meski tidak menjawab alasannya, mereka hanya menyebut karena menyukai berbagai jenis dan bentuk wayang itu.

"Main saja ke sini, terus Bintang ngajakin ke museum. Yang menarik wayang, karena suka saja," kata Zaidan sambil tersenyum.

Sementara, pemandu Museum Basoeki Abdullah, Erwin Herianto (31 tahun) menjelaskan, Basoeki sering tampil menari wayang orang bersama komunitasnya. Bahkan, ia juga pernah menari wayang orang dalam sebuah pertunjukan di Belanda. Pakaian tari yang Basoeki kenakan itu tersimpan di museum.

Erwin mengataian, sosok Basoeki sangat menyukai dunia wayang. Ada pula berbagai boneka tokoh pewayangan seperti Bima, Gatotkaca, Brotoseno, dan Hanoman. Menurut Erwin, sejumlah koleksi wayang ini merupakan bukti kecintaan Basoeki terhadap seni dan budaya Indonesia.

Setelah itu, tak lama, anak-anak itu pergi ke bawah tepatnya ke ruang memorial atau kamar tidur pribadi Basoeki. Di sana ada ranjang tidur lengkap dengan furnitur asli yang dipakai Basoeki semasa hidupnya. Di dalamnya juga terdapat kamar mandi yang masih dilengkapi sabun, sikat gigi, minyak wangi, dan perlengkapan mandi lainnya milik Basoeki.

Menurut Erwin, keberadaan ruang tidur Basoeki ini beserta dengan barang atau benda yang ada didalamnya memiliki makna khusus yang berkaitan dengan meninggalnya sang pelukis itu. Erwin menuturkan, Basoeki meninggal pada 5 November 1993 dalam kejadian perampokan di rumahnya.

"Sekitar lima orang termasuk pekerja kebun Pak Basoeki. Mereka merampok lalu memukul kepala Pak Basoeki dengan senapan panjang, itu senjatanya juga dipajang," kata Erwin sambil menunjuk ke arah senapan.

Senapan itu dipajang berbarengan dengan jam tangan yang sempat dicuri dan dikembalikan pihak kepolisian. Bersama dengan itu, ada piyama yang dipakai Basoeki saat kejadian perampokan itu. Ada pula kacamata yang masih terdapat bercak darah yang mulai memudar.

Kemudian, ketiga anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu melihat koleksi pakaian Basoeki, beberapa katalog pameran yang pernah dilakukan Basoeki, juga lukisan Ratu Juliana karya Basoeki Abdullah yang direproduksi. Erwin mengatakan, Basoeki memenangi sayembara melukis penobatan Ratu Juliana dari 87 pelukis se-Eropa.

Perjalanan ketiga anak itu berakhir sampai di ruang yang menampilkan koleksi senjata dan aksesoris milik Basoeki. Disebutkan bahwa Basoeki Abdullah memiliki kegemaran mengumpulkan dan menyimpan benda-benda unik yang diperoleh dari perjalanan ke berbagai tempat. Ada senjata tradisional dan modern hingga aksesoris seperti kalung, selendang, dan ikat kepala.

Selain itu, ada beberapa ruang pameran lukisan lainnya. Selain lukisan potret, Basoeki Abdullah juga gemar melukis dengan tema kehidupan dan keindahan alam bergaya naturalisme. Artinya, melukis dengan segala sesuatu sesuai dengan alam nyata yang ditangkap mata dengan mengutamakan keindahan objeknya. Di museum, terdapat sejumlah lukisan karyanya dengan objek pemandangan alam, bunga, dan binatang.

Jika Basoeki Abdullah sudah dikenal sebagai pelukis naturalisme, ia juga cukup dikenal dengan lukisan gaya realisme. Namun, melalui museum ini, Basoeki juga membuat karya lukisan dengan gaya abstrak dan ekspresionis.

Kemudian, ada pula ruangan mengenai keluarga Basoeki Abdullah, berisi karya-karya yang dibuat keluarga Basoeki. Ayahnya, Abdullah Suriosubroto merupakan seorang pelukis pemandangan alam yang cukup terkenal di zamannya. Begitu pun kakak kandungnya, Sudjono Abdullah, seorang pelukis pemandangan.

Erwin menjelaskan, setelah kematian Basoeki Abdullah, rumah pribadinya itu diserahkan pihak keluarga kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Permuseuman Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk dijadikan museum. Beserta sebagian karya-karya lukisan dan koleksi pribadinya.

Rumah tersebut diresmikan sebagai Museum Basoeki Abdullah pada 25 September 2001 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, I Gede Ardika. Kemudian, dibangun gedung kedua sebagai pengembangan area museum. Kedua bangunan itu dihubungkan sebuah lorong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement