REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemerintah Kabupaten Cianjur telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor sejak 1 November lalu. Langkah ini dilakukan untuk menghadapi tingginya intensitas hujan yang terjadi dan berpotensi menyebabkan bencana.
"Status siaga banjir dan longsor ditetapkan mulai 1 November 2018 hingga 31 Mei 2019," ujar Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno kepada wartawan Selasa (11/12).
Ia menerangkan penetapan status ini disebabkan curah hujan yang tinggi dan peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait siklus tahunan. Sugeng menuturkan, ada sejumlah potensi bencana yang mengancam di tengah intensitas hujan yang tinggi, diantaranya banjir, tanah longsor, puting beliung, dan pergerakan tanah. Di Kecamatan Cipanas terjadi angin puting beliung.
Terakhir, bencana angin kencang yang terjadi di Kecamatan Karangtengah dan Cilaku pada Senin (10/12) sore. Dampaknya, banyak rumah warga, sarana umum, dan pabrik usaha kecil menengah (UKM) yang terkena dampak bencana.
BPBD terus bersiaga dengan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi saat ini. Terlebih sebagian besar wilayah Cianjur rawan berpotensi bencana. Di sisi lain, BPBD meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana, khususnya warga yang berada di lokasi rawan bencana.
Sebelumnya, bencana angin kencang akibat cuaca ekstrem melanda Kabupaten Cianjur Senin (10/12) sore lalu. Dampaknya, ratusan rumah warga dilaporkan mengalami kerusakan dan berdampak pada sarana umum serta tempat usaha.
"Angin kencang melanda belasan titik di Kecamatan Karangtengah dan Cilaku Cianjur," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cianjur Dodi Permadi kepada wartawan, Selasa (11/12).
Bencana itu tepatnya terjadi pada Senin sekitar pukul 17.00 WIB. Informasi sementara hingga Selasa pukul 11.30 WIB, dampak bencana dilaporkan terjadi di 12 titik di Kecamatan Karangtengah dan tiga titik di Kecamatan Cilaku. Data tersebut kemungkinan bertambah besar karena proses verifikasi dan penanganan oleh petugas terus dilakukan di lapangan.
Dodi menerangkan, titik pertama bencana terjadi di Kampung Cikaja Desa Sukamanah Kecamatan Karangtengah. Di wilayah ini ada sebanyak 60 unit rumah rusak dan aula P4S rusak berat.
Selanjutnya, di Desa Sindangasih Kecamatan Karangtengah ada sebanyak 180 unit rumah rusak. Di desa ini juga ada dua orang warga mengalami luka ringan akibat bencana.
Berikutnya di Kampung Sinagar RT 04 RW 13 Desa Bojong sebanyak empat unit rumah rusak ringan dan Kampung Cicurug RT 01 RW 05 ada sebanyak dua rumah rusak ringan. Selain itu di Kampung Genteng Desa Munjul Kecamatan Cilaku terdapat 25 rumah rusak ringan dan Kampung Tanah Lapang Desa Maleber Kecamatan Karangtengah tiga rumah rusak ringan.
Dodi menuturkan, kawasan permukiman yang terdanpak lainnya di Perumahan Gading Asri dan Kampung Waas RT 02 RW 15 Desa Bojong. Di Kampung Waas Desa Bojong terdapat rambu lalu lintas sebanyak empat tiang yang roboh terbawa angin dan 15 kabel besar PLN yang rusak.