Selasa 11 Dec 2018 16:56 WIB

Survei: Identitas Agama Belum Pengaruhi Pilihan Politik

Dalam derajat tertentu, identitas agama belum sepenuhnya memengaruhi pilihan politik.

Pemilu (ilustrasi).
Pemilu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukan presentase dukungan masyarakat muslim terhadap kepala daerah sesama muslim cukup tinggi. Namun, dalam derajat tertentu, identitas agama belum sepenuhnya memengaruhi pilihan politik.

"Atas dasar agama, presentase dukungan masyarakat muslim terhadap kepala daerah sesama muslim cukup tinggi, namun dalam derajat tertentu identitas agama tersebut belum sepenuhnya mempengaruhi pilihan politik," kata Koordinator Tim Penelitian Prioritas Nasional LIPI 2018 Sarah Nuraini Siregar di Kantor LIPI, Jakarta, Selasa (11/12).

Dalam penelitian LIPI, representasi agama dan pengaruh religiusitas dalam pilihan politik termasuk dalam perilaku pemilih, termasuk kecenderungan pemilih milenial. Menurut dia, representasi agama seorang pemilih dalam memilih calon legislatif ataupun kepala daerah yang seagama menunjukkan sangat penting. Mereka berada dalam ruang identitas agama yang sama.

"Namun dukungan masyarakat terhadap parpol Islam cenderung rendah," katanya.

Sementara itu, dia mengatakan terkait pemilih milenial, jumlahnya cukup signifikan yaitu 80 juta atau 35-40 persen dari jumlah pemilih yaitu 185 juta. Dia mengatakan kecenderungan pemilih milenial akan rasional dan mau berpartisipasi dalam pemilu.

"Dampaknya mereka akan menjadi modal penting karena mereka akan gunakan hak pilihnya," ujarnya.

Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan survei LIPI itu menunjukkan titik tekan masyarakat saat ini sebetulnya bukan ke selera parpol Islam. Namun, dia menilai bagaimana preferensi politik tidak hanya selalu pada persoalan basis agama. 

Misalnya pertimbangan-pertimbangan yang lebih gramatik dan rekam jejak turut tercampur. "Akibat akumulasi pertimbangan itu, maka seringkali kalau akhirnya mengatasnamakan parpol Islam belum sangat atraktif bagi masyarakat banyak," katanya.

Dia juga tidak setuju kalau ada masyarakat yang memilih parpol Islam lalu dikatakan irasional karena ada berbagai pertimbangan. Dalam konteks politik identitas, seorang memilih calon atas dasar agama dengan tujuan orang tersebut akomodatif atas kepentingan agamanya, dan itu pilihan rasional.

Namun di sisi lain, menurut dia, ada sisi irasional dalam politik Indonesia, yaitu ketika ada parpol yang banyak kadernya tersangkut kasus korupsi. Namun, suaranya tetap banyak sehingga memiliki perwakilan di parlemen.

Survei publik LIPI dilakukan di 34 provinsi dengan melibatkan 2.100 responden. Sedangkan survei ahli dilakukan di 11 provinsi dengan melibatkan 145 ahli. Untuk riset kualitatif dan pengumpulan data dilakukan di tujuh provinsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement