REPUBLIKA.CO.ID, Tim gabungan TNI-Polri kembali menemukan satu jenazah korban insiden pembantaian pekerja Trans-Papua di Kabupaten Nduga, Papua. Pada Ahad (9/12), TNI-Polri juga mengklaim telah menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai pasukan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di Nduga.
"Saat ini pasukan gabungan TNI-Polri telah menguasai dan menduduki distrik Yigi dan Mbua," ujar Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi kepada Republika, kemarin.
Sementara itu, menurut dia, satu jenazah korban kembali ditemukan di dalam hutan sekitar 500 meter hingga 1 kilometer (km) dari posisi pembunuhan.
Korban ditemukan di lereng Bukit Kabo dengan ciri-ciri berambut panjang dan mengenakan celana panjang berwarna putih. Jenazah itu selanjutnya akan diangkut ke Wamena dengan jalur udara. Ia menjanjikan, satgas gabungan TNI-Polri akan terus mencari dua jenazah yang belum ditemukan dan dua penyintas yang diduga masih hidup.
Pada Ahad (2/12), belasan pekerja PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek pembangunan jembatan yang menghubungkan jalan Trans-Papua di Kabupaten Nduga dilaporkan terbunuh secara sadis. Kejadian ini disebut-sebut terkait dengan upacara peringatan kemerdekaan Papua Barat yang dirayakan TPN/OPM tak jauh dari lokasi kejadian.
Insiden tersebut terjadi di sekitar pengerjaan jembatan Kali Yigi-Kali Aurak di Distrik Yigi, Nduga, Ahad (2/12). Pihak kepolisian menyatakan sebanyak 19 pekerja dibunuh dalam insiden tersebut. Sebanyak 16 jenazan belum termasuk satu yang ditemukan kemarin telah dievakuasi. Pihak TPN/OPM telah mengklaim bertanggung jawab.
TNI-Polri mengerahkan sedikitnya 153 pasukan untuk melakukan evakuasi dan mendorong kelompok TPN/OPM yang sempat menguasai Distrik Yigi dan Mbua. Aidi mengatakan, dalam penyerangan TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri yang dibawa oleh masing-masing prajurit.
“Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI hanya heli angkut jenis Bell dan MI-17. Tidak ada heli serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom," kata dia. Aidi mengklaim, saat melaksanakan upaya evakuasi, justru TPN/OPM yang menyerang dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak.
Ia menuturkan, selepas penyerangan terhadap Pos Polisi di Mbua, Senin (3/12) lalu, masyarakat berangsur-angsur kembali ke Distrik Mbua. Sedangkan kondisi di Distrik Yigi masih sepi karena sebagian besar masyarakat masih berlindung di hutan.
"Perlu juga kami gambarkan bahwa lokasi pembantaian di bukit puncak Kabo adalah kawasan hutan yang terletak sekitar 4-5 km dari pinggir kampung terdekat. Jadi, bila ternyata ada laporan telah jatuh korban akibat kontak tembak tersebut maka dapat dianalisis bahwa korbannya bukan warga sipil murni tapi mungkin saja mereka adalah bagian pelaku yang telah melaksanakan pembantaian," kata dia.
Sementara, tokoh pemuda Papua Samuel Tabuni mengatakan, dua warga meningal di Mbua dan dua di Yigi pekan lalu. “Mereka ditembak saat aparat melakukan proses evakuasi 4-5 Desember. Semuanya keluarga dekat saya, satu di Mbua itu paman saya,” kata Samuel ketika dihubungi Republika, Ahad (9/12).
Ia mendapatkan kabar tersebut langsung dari keluarganya, sehingga memercayai kebenarannya. Salah satu yang meninggal, kata dia, adalah pamanya Yulianus Tabuni, seorang anggota majelis gereja.
Samuel mengatakan, menyusul insiden dan operasi evakuasi TNI-Polri, warga I Distrik Yal, Mbua, dan Yigi banyak yang mengungsi ke hutan. Samuel mengkhawatirkan warga yang mengungsi itu akan kehabisan makanan dan mengalami masalah kesehatan. “Mohon doakan saudara-saudara di kampung selamat semua,” kata dia.
Dihubungi terpisah, Ketua Sinode Gereja Kingmi Benny Giay membenarkan sejumlah jemaatnya tewas menyusul operasi penyisiran oleh TNI-Polri di Nduga pada 4 Desember lalu. Dia menuturkan, nama-nama jemaat yang meninggal adalah Hofni Kogoya dan Yulius Tabuni, kemudian pengurus Gereja Nirigibirik Rabu Gwijangge (49 tahun), dan pengurus jemaat Wiridlak klasis Yigi Keri Gwijangge (27). Sementara juru bicara TPN/OPM menuturkan, belum ada angota pasukannya yang tewas.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustafa Kamal meminta warga yang mendengar kabar warga sipil meninggal, agar tidak langsung percaya begitu saja. “Sampai saat ini kita belum ada laporan dari pihak kepolisian. Apakah itu (korban) dari KKB, kita juga belum tahu,” kata Mustafa Kamal.
Menurutnya, bisa saja yang dilaporkan tewas merupakan anggota kelompok separatis yang tertembak saat aparat hendak mengevakuasi korban. “Kita belum tau, perlu identifikasi,” kata Mustafa Kamal saat dihubungi Republika, kemarin. Ia mengatakan, bisa juga kabar korban tewas merupakan pembentukan opini dari kelompok separatis.
Ia juga mengungkapkan, pencarian para pelaku penembakan sejauh ini terkendala medan yang masih berupa pegunungan. “Medan Papua ini berbeda dengan kondisi di Jawa dan Sumatra, ketinggian di atas 10 ribu kaki (sekitar 3.000 meter), ini juga menjadi hambatan,” ujar Kamal. (ed: fitriyan zamzami)