Sabtu 08 Dec 2018 01:56 WIB

Kemampuan Menembak Itu Tuntutan Profesionalisme Prajurit TNI

Senjata merupakan perlengkapan yang selalu melekat pada diri setiap prajurit.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat melihat pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Monas, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat melihat pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Monas, Jakarta, Kamis (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, menuturkan, kemampuan menembak merupakan tuntutan profesionalisme bagi setiap prajurit TNI. Kemampuan menembak, kata Hadi, diperlukan tidak hanya untuk operasi militer untuk perang (OMP), melainkan juga untuk sebagian operasi militer selain perang (OMSP).

"Kemampuan menembak merupakan tuntutan profesionalisme bagi setiap prajurit. Tidak hanya dalam rangka OMP, namun sebagian OMSP juga mengharuskan prajurit TNI memiliki kemampuan menembak yang baik," ujar Hadi dalam keterangan tertulis yang Republika.co.id terima, Jumat (7/12).

Hadi mengatakan, senjata merupakan perlengkapan yang selalu melekat pada diri setiap prajurit. Perlengkapan ini dibutuhkan terutama dalam menghadapi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, dan pelaksanaan tugas OMSP lainnya. "Demi keutuhan NKRI, setiap prajurit TNI dituntut mampu melaksanakan tindakan secara benar dan terukur. Artinya, prajurit harus dapat menembak sasaran dengan tepat, tidak salah sasaran, apalagi mengakibatkan korban masyarakat sipil," jelasnya.

Karena itu, ia menyebutkan, kemampuan menembak setiap prajurit harus terus dipelihara dan ditingkatkan melalui pelatihan yang berkelanjutan. Hal itu tidak hanya akan membuat prajurit mahir menembak, tetapi juga memiliki kepercayaan diri yang baik.

"Menembak sasaran tidak bergerak dan tidak dapat membalas tembakan adalah hal yang mudah. Namun hal ini akan berbeda saat kita dihadapkan dengan musuh, tentunya musuh tidak akan tinggal diam dan bahkan akan menembak terlebih dahulu," kata dia.

Menurut Hadi, lomba menembak adalah salah satu bentuk upaya meningkatkan kepercayaan diri petembak. Itu karena tekanan berupa persaingan dengan petembak lain ataupun banyaknya penonton yang menyaksikan, diperlukan keyakinan dan pengendalian diri penembak agar dapat menghasilkan prestasi terbaik.

"Petembak yang sering meraih nilai tinggi saat latihan belum tentu dapat mencapai nilai maksimal saat lomba. Hanya petembak dengan kepercayaan dan pengendalian diri yang baik, yang dapat konsisten dalam hasil menembak," tuturnya.

Selanjutnya Panglima TNI mengatakan, keberhasilan kontingen TNI, khususnya TNI AD, merupakan prestasi luar biasa pada berbagai lomba tembak internasional. Hal itu ia sebutkan terkait dengan prestasi yang baru saja diraih, yakni gelar juara umum Asean Armies Rifle Meet (AARM).

"Kontingen kita berhasil keluar sebagai juara umum yang ke-13 kalinya. Tidak hanya itu saja, petembak TNI juga empat kali secara berturut-turut menjadi juara umum pada lomba tembak Brunei International Skill At Arms Meet (BISAM)," ungkap Hadi.

Hadi mengatakan, Lomba Tembak Piala Panglima TNI merupakan program tahunan. Lomba ini untuk mengukur sejauh mana hasil pembinaan petembak yang dilaksanakan oleh masing-masing angkatan. "Lomba ini sekaligus merupakan seleksi bagi petembak untuk menyiapkan Tim Petembak TNI dalam rangka lomba tembak AARM, BISAM dan AASAM," katanya.

Semua itu, jelas Hadi, menjadi tantangan tersendiri bagi para prajurit TNI bila dikaitkan dengan prestasi yang telah berhasil dicapai selama ini. Hadi menyebut ini menjadi tantangan agar memacu motivasi dan semangat prajurit TNI, sehingga mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan prestasi tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement